Lalu diri terseret pada kehendakmu
dan jiwa menyayat di tiap lipatan malam
memburu semu madu - lebah di taman gersang-
tiadalah patut hati tergerus kecuali melebur fana
seluruhmu adalah hutang tak terbayar
sebagaimana budi tak terbalas
apatah layak berpaling?
sungguh menakjubkan
kelakarmu usang sudah
langkahmu buruk dan sia-sia
padahal semakin pudar cahaya
dan kau tak tahu detik mana yang datang bersama ajal
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, November 29, 2006
Tuesday, November 28, 2006
Mula Cahaya
Bangun dari mimpi sadar
dan sesungguhnya memang sendiri
kecuali terlena
tiada engkau
dan sebagaimana setiap malam-malamku
tentu saja terpampang sudah
ketika bulan meringkuk dalam selimut malam
jiwaku mencurah pada jiwaku
hatiku meratap pada hatiku
sampai fajar menyapa diantara daun-daun berembun
menyentak ketergugahan
sesungguhnya tiada pernah terbagi
sejak tanah pertama
tiada kau dan tiada aku
hanya aku dan aku
pada saat yang sama
sejak mula cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dan sesungguhnya memang sendiri
kecuali terlena
tiada engkau
dan sebagaimana setiap malam-malamku
tentu saja terpampang sudah
ketika bulan meringkuk dalam selimut malam
jiwaku mencurah pada jiwaku
hatiku meratap pada hatiku
sampai fajar menyapa diantara daun-daun berembun
menyentak ketergugahan
sesungguhnya tiada pernah terbagi
sejak tanah pertama
tiada kau dan tiada aku
hanya aku dan aku
pada saat yang sama
sejak mula cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, November 21, 2006
Pijar Cahaya
Langit di atas kuburmu
biru membara
luas membahana
selalu demikian
Tanah di sisi wajahmu
hitam diam
memadat kelam
selalu demikian
Matahari bintang bulan
di atas nisan
merayap perlahan
selalu demikian
adakah jiwamu tenang ?
pijar cahaya kerap bertandang?
hingga dapat kau mengatakan
selalu demikian?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
biru membara
luas membahana
selalu demikian
Tanah di sisi wajahmu
hitam diam
memadat kelam
selalu demikian
Matahari bintang bulan
di atas nisan
merayap perlahan
selalu demikian
adakah jiwamu tenang ?
pijar cahaya kerap bertandang?
hingga dapat kau mengatakan
selalu demikian?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, November 17, 2006
Remang Cahaya
petiklah
kembang-kembang senja yang kau lihat
mekar kuntumnya di langit kemarin petang
semailah
harum wangi yang kau tangkap
dari semerbak fajar kemarin subuh
di pantai ombak
di tempat awan bercermin pada buih-buih ombak
di sudut mata yang diam-diam menangis
di sudut jiwa yang simpuh
apakah daya mu kini duhai diri...
bila kemarin berlalu sudah dan hari ini tak dapat kau gapai
telah remang cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
kembang-kembang senja yang kau lihat
mekar kuntumnya di langit kemarin petang
semailah
harum wangi yang kau tangkap
dari semerbak fajar kemarin subuh
di pantai ombak
di tempat awan bercermin pada buih-buih ombak
di sudut mata yang diam-diam menangis
di sudut jiwa yang simpuh
apakah daya mu kini duhai diri...
bila kemarin berlalu sudah dan hari ini tak dapat kau gapai
telah remang cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, November 15, 2006
Kelepak Cahaya
Harap yang tercerabut
itulah
kekal dalam lorong benakmu
satu per satu lenyap
menua dan reot
kulit?
jiwa juga?
hati pun tak luput?
demikianlah buih buih langit beruntuhan
luruh berserakan di permadani awan
atau bersembunyi ?
meresap hilang di balik dinding angin
yang menabiri
kelam
kelepak cahaya
samar
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
itulah
kekal dalam lorong benakmu
satu per satu lenyap
menua dan reot
kulit?
jiwa juga?
hati pun tak luput?
demikianlah buih buih langit beruntuhan
luruh berserakan di permadani awan
atau bersembunyi ?
meresap hilang di balik dinding angin
yang menabiri
kelam
kelepak cahaya
samar
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, November 14, 2006
Tebing Cahaya
duhai jiwa yang terpasung
apatah dunia telah menghasud
dan menghapus jejak di bilik-bilik langit
kini mengintip sembab dalam belenggu raga
bukanlah syahdu tak kerap menghimbau
juga khusyuk tak lagi menusuk
coba berdiam sejenak di surau
jangan di luar tetapi masuk
sudah di tebar pada sayap kunang-kunang
dan semerbak bulir padi masak
begitu pula tebing-tebing cahaya ketika senja
lalu mengapa masih meronta ?
Duha kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
apatah dunia telah menghasud
dan menghapus jejak di bilik-bilik langit
kini mengintip sembab dalam belenggu raga
bukanlah syahdu tak kerap menghimbau
juga khusyuk tak lagi menusuk
coba berdiam sejenak di surau
jangan di luar tetapi masuk
sudah di tebar pada sayap kunang-kunang
dan semerbak bulir padi masak
begitu pula tebing-tebing cahaya ketika senja
lalu mengapa masih meronta ?
Duha kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, November 10, 2006
Seutuh Cahaya
pun sudah sombong
ketika separuh untukmu dan separuh untukNya
karena separuh untukmu semu
adalah semua milikNya
segalanya
seutuh cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
ketika separuh untukmu dan separuh untukNya
karena separuh untukmu semu
adalah semua milikNya
segalanya
seutuh cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, November 08, 2006
Titipan Cahaya
dedaunan cemara berdendang menyibak senja
harapan yang lumut menanti kira
bawakan angin dalam cawan retak tak sanggup tegar memandang
dalam lukisan beku di sudut hati yang robek tergenang
lautanmu berlayar melintasi pulau-pulau sendiri sepi
dan bulan masih menenun malam
hati adalah pelabuhan keharibaan yang teronggok kosong menanti luap
pada kasih semesta
bila dapat bertanya pada jiwa yang berserah
hingga ajal mengkaji arti menyerah
sampai berpulang segala
titipan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
harapan yang lumut menanti kira
bawakan angin dalam cawan retak tak sanggup tegar memandang
dalam lukisan beku di sudut hati yang robek tergenang
lautanmu berlayar melintasi pulau-pulau sendiri sepi
dan bulan masih menenun malam
hati adalah pelabuhan keharibaan yang teronggok kosong menanti luap
pada kasih semesta
bila dapat bertanya pada jiwa yang berserah
hingga ajal mengkaji arti menyerah
sampai berpulang segala
titipan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, October 20, 2006
Dekap Cahaya
Berikan sehirup
angin sejuk di waktu fajar
sebagaimana hidup
dalam lautan angin kejar-mengejar
...di tetesan embun
yang mendekap cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
angin sejuk di waktu fajar
sebagaimana hidup
dalam lautan angin kejar-mengejar
...di tetesan embun
yang mendekap cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, October 16, 2006
Taubat Cahaya
hendak mempilu di batas pematang dingin
lumpur coklat mengering menanti tergenggam angin
lalu
batang-batang padi meliuk riuh rendah
kelepak burung di antara orang-orangan sawah
...hanya ketika
di kejauhan bukit meringis tangis
pepohonan tumbang meranggas kikis
lalu
anak-anak sungai tak mampu lagi menangis
merana serentak terperas habis
...ketika telah
rindu harap samudera kasih
menenggelamkan jiwa diri tertatih
lalu
semua debu terangkat
merancah lekat
...telah akhir
dan segalanya senyap
lalu
taubat cahaya kerlap
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
lumpur coklat mengering menanti tergenggam angin
lalu
batang-batang padi meliuk riuh rendah
kelepak burung di antara orang-orangan sawah
...hanya ketika
di kejauhan bukit meringis tangis
pepohonan tumbang meranggas kikis
lalu
anak-anak sungai tak mampu lagi menangis
merana serentak terperas habis
...ketika telah
rindu harap samudera kasih
menenggelamkan jiwa diri tertatih
lalu
semua debu terangkat
merancah lekat
...telah akhir
dan segalanya senyap
lalu
taubat cahaya kerlap
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, October 12, 2006
Nyala Cahaya
Telah nyatakah kini ?
semegah rumahmu adalah tanah
semewah kendaraanmu adalah keranda
seindah bajumu adalah kafan
....sungguh tiada setitik pun tertinggal bagimu
ya, menangislah sekarang
percuma terbuang
ya, berkabunglah sekarang
kematian menjelang
senyap senyap reka hati
sepi sepi ulas jiwa
hening hening kaji hidup
gelap gelap nyala cahaya
sederhana dan cukup
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
semegah rumahmu adalah tanah
semewah kendaraanmu adalah keranda
seindah bajumu adalah kafan
....sungguh tiada setitik pun tertinggal bagimu
ya, menangislah sekarang
percuma terbuang
ya, berkabunglah sekarang
kematian menjelang
senyap senyap reka hati
sepi sepi ulas jiwa
hening hening kaji hidup
gelap gelap nyala cahaya
sederhana dan cukup
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Wednesday, October 11, 2006
Sepi Cahaya
Ya, di pojokmu, bersandar di sisi yang rapuh
dan bulan muram terpotong cawan teh di atas
meja kayu coklat tua dari ujung pulau
berbicara sendiri
Memang, derik sendi tua menarik tulang
melupakan sisa yang tersia sisa
pada cerminmu berulang
wajah berjuta seringai lunta bermanis muka
Tiadakah lelah pernah menghampiri
menyelinap di bilik-bilik hati yang mengukir dosa
Tiadakah berbisik
di antara telinga picik
...untukmu?
Ataukah sederhana saja
tidak ada tuhan?
Barangkali telah jelas
pilihan kematian?
Jika demikian, marilah
sementara waktu menjelang ajal
temani sebentar akal
renungkan diri karena sepi cahaya telah
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
dan bulan muram terpotong cawan teh di atas
meja kayu coklat tua dari ujung pulau
berbicara sendiri
Memang, derik sendi tua menarik tulang
melupakan sisa yang tersia sisa
pada cerminmu berulang
wajah berjuta seringai lunta bermanis muka
Tiadakah lelah pernah menghampiri
menyelinap di bilik-bilik hati yang mengukir dosa
Tiadakah berbisik
di antara telinga picik
...untukmu?
Ataukah sederhana saja
tidak ada tuhan?
Barangkali telah jelas
pilihan kematian?
Jika demikian, marilah
sementara waktu menjelang ajal
temani sebentar akal
renungkan diri karena sepi cahaya telah
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Monday, October 09, 2006
Asal Cahaya
selalu ada di sana
betapa pun engkau mencucinya
hati manusia
curiga
telah tiba mungkin waktunya
hilang dari manusia
kembali kepada
asal cahaya
toh, dunia masih berputar
sebagaimana mestinya
kehilangan adalah pertemuan
dan tak perduli
karena hanya yang mengenal diri
mengerti mati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
betapa pun engkau mencucinya
hati manusia
curiga
telah tiba mungkin waktunya
hilang dari manusia
kembali kepada
asal cahaya
toh, dunia masih berputar
sebagaimana mestinya
kehilangan adalah pertemuan
dan tak perduli
karena hanya yang mengenal diri
mengerti mati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Friday, October 06, 2006
Hembusan Cahaya
duri itu telah tertancap dalam
di hati
menunggu lengah coba mencungkil
berdarah
diam sejenak luka membuncah
perlahan
gagak berdatang bernyanyi
kematian
dengan duri tertancap
berkarat telah jiwa merujuk
tidak
kepada rindu nan takluk
hanya
berharap sisa doa tetap
di sematkan
pada tiap hembusan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
di hati
menunggu lengah coba mencungkil
berdarah
diam sejenak luka membuncah
perlahan
gagak berdatang bernyanyi
kematian
dengan duri tertancap
berkarat telah jiwa merujuk
tidak
kepada rindu nan takluk
hanya
berharap sisa doa tetap
di sematkan
pada tiap hembusan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Wednesday, October 04, 2006
Sekilas Cahaya
sudahkah kau temukan cinta rahasia itu ?
yang memendam berjuta rindu dan kasmaran pada langit fajar dan bumi petang
yang mengalirkan air matamu menuruni lereng pembuluh nadi mengitari seluruh tubuh
yang memancar hangat mengusap hati dan benak dingin agar terangkat pada keaslian derajat
..dekat, bahkan mungkin sangat dekat
namun mata dan jiwa tercekat
karena amal dan ibadah tersayat
karena diri telah pekat
duhai cinta rahasia nan berlinang duka bahagia
ijinkan hamba untuk bersimpuh mengadu nestapa
ijinkan hamba nelangsa mesra tuk berjumpa walau hanya sekilas cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya...
yang memendam berjuta rindu dan kasmaran pada langit fajar dan bumi petang
yang mengalirkan air matamu menuruni lereng pembuluh nadi mengitari seluruh tubuh
yang memancar hangat mengusap hati dan benak dingin agar terangkat pada keaslian derajat
..dekat, bahkan mungkin sangat dekat
namun mata dan jiwa tercekat
karena amal dan ibadah tersayat
karena diri telah pekat
duhai cinta rahasia nan berlinang duka bahagia
ijinkan hamba untuk bersimpuh mengadu nestapa
ijinkan hamba nelangsa mesra tuk berjumpa walau hanya sekilas cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya...
Wednesday, September 27, 2006
Lazuardi Cahaya
wangi wangi kelopak mawar
menjejak bertebaran di antara awan dan angin
di langit yang penuh kepak camar
berkejaran dan menari di antara mayang beringin
begitu pun jiwa-jiwa yang bermekar
mencari perpisahan di antara pertemuan
layaknya sumbu lilin nyala terbakar
pencerahan diri adalah lonceng kematian
mengarungi diri bersama diri
dengan menistakan segala yang segala
kepada yang kembali pasti
menjelang lazuardi cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
menjejak bertebaran di antara awan dan angin
di langit yang penuh kepak camar
berkejaran dan menari di antara mayang beringin
begitu pun jiwa-jiwa yang bermekar
mencari perpisahan di antara pertemuan
layaknya sumbu lilin nyala terbakar
pencerahan diri adalah lonceng kematian
mengarungi diri bersama diri
dengan menistakan segala yang segala
kepada yang kembali pasti
menjelang lazuardi cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, September 13, 2006
Bilik Cahaya
masa demi masa berlari tiada
terhimpit jiwa di antara bumi dan langit meregang
terlahir untuk musnah untuk terlahir
kini, diri, sendiri
tinggal menanti
menyimpan duka
di bilik cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
terhimpit jiwa di antara bumi dan langit meregang
terlahir untuk musnah untuk terlahir
kini, diri, sendiri
tinggal menanti
menyimpan duka
di bilik cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, August 11, 2006
Bara Cahaya
apakah kau tahu bahwa kau tahu?
atau kau tidak tahu bahwa kau tahu?
ataukah kau tahu bahwa kau tidak tahu?
jangan-jangan kau tidak tahu bahwa kau tidak tahu?
bukankah telah berkali-kali petunjuk menghampiri
bahkan tanpa kau minta
bukankah telah berkali-kali cahaya mendekati
bahkan tanpa kau harap
sesungguhnya hanya tinggal kau di antara
hidup dan mati
fana dan baqa
bumi dan langit
sebelum isakmu tak lagi berguna
sebelum lututmu tak lagi bersimpuh
sebelum bara cahaya menghanguskan segala
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
atau kau tidak tahu bahwa kau tahu?
ataukah kau tahu bahwa kau tidak tahu?
jangan-jangan kau tidak tahu bahwa kau tidak tahu?
bukankah telah berkali-kali petunjuk menghampiri
bahkan tanpa kau minta
bukankah telah berkali-kali cahaya mendekati
bahkan tanpa kau harap
sesungguhnya hanya tinggal kau di antara
hidup dan mati
fana dan baqa
bumi dan langit
sebelum isakmu tak lagi berguna
sebelum lututmu tak lagi bersimpuh
sebelum bara cahaya menghanguskan segala
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, August 04, 2006
Zarah Cahaya
untuk ku tiada
bagi ku tiada
kepada ku tiada
hanya...
bumi ku tiada
langit ku tiada
alam ku tiada
hanya...
diri ku tiada
jiwa ku tiada
hidup ku tiada
hanya...
untuk bumi diriku, bagi langit jiwaku, kepada alam hidupku, hanya zarah cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
bagi ku tiada
kepada ku tiada
hanya...
bumi ku tiada
langit ku tiada
alam ku tiada
hanya...
diri ku tiada
jiwa ku tiada
hidup ku tiada
hanya...
untuk bumi diriku, bagi langit jiwaku, kepada alam hidupku, hanya zarah cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, August 01, 2006
Sentuhan Cahaya
hingga akhirnya tiba saat ruhku berkenan berbicara
"duhai diri.., sesungguhnya telah sarat bebanku menanggung malu tak berkesudahan.."
ucap ruhku yang nampak letih dan gundah.
" wahai ruh suci perkenan Tuhan, tiada aku mengerti gerangan apakah nan memberatkan jalanmu ?"
ujarku seraya takjub menampak kilau percikan cahaya langit berpijar dari ruhku.
"duhai diri.., bagiku hanya ketika malam saat aku kembali dalam penjagaan Tuhanku aku merasa tenang. Tiada aku hendak buruk pikiran, tiada pula gelap sangka, ketika di awal penciptaan atas perintah Tuhanku aku diminta bersemayam dalam jasadmu sungguh aku merasa bahagia. Tentu kau bertanya-tanya wahai diri, apalagi kah yang akan membuatku berhasrat padahal aku telah menyaksikan surga yang indahnya tak kan pernah dapat kau bayangkan bukan? Sesungguhnya demikianlah, sifat-sifat Tuhanku menjelma pada seluruh wujud alam semesta, sehingga bagiku, turun ke bumi adalah kesempatan dan kebahagiaan tak terperi untuk kembali bersaksi dan bersyahadat kepada Tuhanku untuk anugerah tak terkira dan karunia tak terbayar pada alam mu, pada bumi mu, pada diri mu, pada kehidupan mu dan seluruh manusia dimana aku berada". Ruhku berhenti berkata sesaat, memandangku tajam dengan matanya yang jernih bagai pantulan pijar mentari di permukaan telaga di pagi hari yang sunyi.
"Wahai diri, apakah yang telah menghalangi dirimu untuk mendengarkan bisikan lirihku di setiap hela nafasmu? jiwamu sungguh sulit tuk kugenggam, hatimu sungguh kaku tuk kuluruskan, pikiranmu sungguh jauh tuk ku raih. Baik akan ku katakan kepadamu, sesungguhnya ruh memiliki hak atas jiwa, jiwa memiliki hak atas diri, diri memiliki hak atas hati, hati memiliki hak atas pikiran, pikiran memiliki hak atas jasad mu. Namun tak kudapati pada dirimu, melainkan kebalikannya. Maka kenyamanan telah hilang bagi diriku atas dirimu dan bila malam tiba , ketika aku berpulang ke pangkuan Tuhanku, aku malu bersimpuh di hadapanNya, aku malu akan janji-janjiku sebelumnya, aku malu akan tiada kuasanya diriku pada dirimu, aku malu karena sentuhan cahayaku tak sanggup menyinari kegelapan jasad tanahmu. Aku malu atas kehendakNya bagiku sebagai khalifah namun dirimu mengucilkan keberadaanku, kau letakkan aku jauh di sudut hidupmu, kau bahkan kerap memposisikan aku sebagai lawanmu, duhai diri...adakah kau pernah merasakannya ?" Ruhku terdiam kembali dan perlahan menghilang, meninggalkan semerbak seribu bunga, meninggalkan hablur cahaya yang berkerlap, meninggalkan angin sejuk yang mengusap lembut seluruh tubuh.
Dan...hingga saat ini aku masih tergugu terdiam, barangkali hingga akhirnya tiba saat ruhku berkenan berbicara kembali.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
"duhai diri.., sesungguhnya telah sarat bebanku menanggung malu tak berkesudahan.."
ucap ruhku yang nampak letih dan gundah.
" wahai ruh suci perkenan Tuhan, tiada aku mengerti gerangan apakah nan memberatkan jalanmu ?"
ujarku seraya takjub menampak kilau percikan cahaya langit berpijar dari ruhku.
"duhai diri.., bagiku hanya ketika malam saat aku kembali dalam penjagaan Tuhanku aku merasa tenang. Tiada aku hendak buruk pikiran, tiada pula gelap sangka, ketika di awal penciptaan atas perintah Tuhanku aku diminta bersemayam dalam jasadmu sungguh aku merasa bahagia. Tentu kau bertanya-tanya wahai diri, apalagi kah yang akan membuatku berhasrat padahal aku telah menyaksikan surga yang indahnya tak kan pernah dapat kau bayangkan bukan? Sesungguhnya demikianlah, sifat-sifat Tuhanku menjelma pada seluruh wujud alam semesta, sehingga bagiku, turun ke bumi adalah kesempatan dan kebahagiaan tak terperi untuk kembali bersaksi dan bersyahadat kepada Tuhanku untuk anugerah tak terkira dan karunia tak terbayar pada alam mu, pada bumi mu, pada diri mu, pada kehidupan mu dan seluruh manusia dimana aku berada". Ruhku berhenti berkata sesaat, memandangku tajam dengan matanya yang jernih bagai pantulan pijar mentari di permukaan telaga di pagi hari yang sunyi.
"Wahai diri, apakah yang telah menghalangi dirimu untuk mendengarkan bisikan lirihku di setiap hela nafasmu? jiwamu sungguh sulit tuk kugenggam, hatimu sungguh kaku tuk kuluruskan, pikiranmu sungguh jauh tuk ku raih. Baik akan ku katakan kepadamu, sesungguhnya ruh memiliki hak atas jiwa, jiwa memiliki hak atas diri, diri memiliki hak atas hati, hati memiliki hak atas pikiran, pikiran memiliki hak atas jasad mu. Namun tak kudapati pada dirimu, melainkan kebalikannya. Maka kenyamanan telah hilang bagi diriku atas dirimu dan bila malam tiba , ketika aku berpulang ke pangkuan Tuhanku, aku malu bersimpuh di hadapanNya, aku malu akan janji-janjiku sebelumnya, aku malu akan tiada kuasanya diriku pada dirimu, aku malu karena sentuhan cahayaku tak sanggup menyinari kegelapan jasad tanahmu. Aku malu atas kehendakNya bagiku sebagai khalifah namun dirimu mengucilkan keberadaanku, kau letakkan aku jauh di sudut hidupmu, kau bahkan kerap memposisikan aku sebagai lawanmu, duhai diri...adakah kau pernah merasakannya ?" Ruhku terdiam kembali dan perlahan menghilang, meninggalkan semerbak seribu bunga, meninggalkan hablur cahaya yang berkerlap, meninggalkan angin sejuk yang mengusap lembut seluruh tubuh.
Dan...hingga saat ini aku masih tergugu terdiam, barangkali hingga akhirnya tiba saat ruhku berkenan berbicara kembali.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, July 18, 2006
Tangga Cahaya
tiada jejak tersisa
perlahan melangkah keluar pintu semesta
mendapati hablur niscaya mengetuk jiwa jiwa
mengiringi hati sepi sunyi ketika
pikiran yang tidak berpikir
di antara dialog hening
dan waktu yang terdiam
mendaki puncak puncak, melewati lembah lembah, mengarungi laut laut
hanya untuk kembali
apa yang nyata bukanlah sebagaimana
titik- titik menghilang dalam garis
fajar lebur
senja menghilang
barangkali semesta telah lama bertanya
dimana letak diri pada tangga cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
perlahan melangkah keluar pintu semesta
mendapati hablur niscaya mengetuk jiwa jiwa
mengiringi hati sepi sunyi ketika
pikiran yang tidak berpikir
di antara dialog hening
dan waktu yang terdiam
mendaki puncak puncak, melewati lembah lembah, mengarungi laut laut
hanya untuk kembali
apa yang nyata bukanlah sebagaimana
titik- titik menghilang dalam garis
fajar lebur
senja menghilang
barangkali semesta telah lama bertanya
dimana letak diri pada tangga cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, July 14, 2006
Gelombang Cahaya
padang salju memutih di jendela kamar temaram
mendera angan untuk termenung dalam dalam
menjerat pikiran menempuh kembali jejak kelam
...selalu di penghujung malam
nun jauh di tepian bintang redup
hati meringkuk dibalik langit tertutup
berjalan bersama malam malam pudar
....selalu di penghujung fajar
keelokan pedih tak terkira
setiapnya adalah bahagia pandangan pertama
menujum segala harap
melahirkan gelombang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
mendera angan untuk termenung dalam dalam
menjerat pikiran menempuh kembali jejak kelam
...selalu di penghujung malam
nun jauh di tepian bintang redup
hati meringkuk dibalik langit tertutup
berjalan bersama malam malam pudar
....selalu di penghujung fajar
keelokan pedih tak terkira
setiapnya adalah bahagia pandangan pertama
menujum segala harap
melahirkan gelombang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, July 13, 2006
Panggung Cahaya
gemetar seluruh nadi ketika
bara sekam hasrat mendingin
terdiam gelegar ombak ketika
lintasan hati henyak terpukau
hening menghentak langit ketika
isyarat alam bersimpuh tertunduk
adanya salah untuk tahu yang benar
diperlukan sesat untuk tahu yang lurus
seperti hadirnya tangis bagi tawa
dibutuhkan pedih untuk mengenal bahagia
kemarin mustinya adalah anak tangga pertama
bagi yang kedua hari ini
bagi yang berikutnya esok hari
namun kemanakah diri telah memijak kemarin? hari ini? esok?
tentu saja ada ragu untuk menghadirkan yakin
sebagaimana ruang gelap bagi panggung cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
bara sekam hasrat mendingin
terdiam gelegar ombak ketika
lintasan hati henyak terpukau
hening menghentak langit ketika
isyarat alam bersimpuh tertunduk
adanya salah untuk tahu yang benar
diperlukan sesat untuk tahu yang lurus
seperti hadirnya tangis bagi tawa
dibutuhkan pedih untuk mengenal bahagia
kemarin mustinya adalah anak tangga pertama
bagi yang kedua hari ini
bagi yang berikutnya esok hari
namun kemanakah diri telah memijak kemarin? hari ini? esok?
tentu saja ada ragu untuk menghadirkan yakin
sebagaimana ruang gelap bagi panggung cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, June 28, 2006
Serbuk Cahaya
Biru sembilu urat nadi
memulas pucat warna wajahmu
meregang lengang di bilik lekang
mendera pulang yang teranyam usang
duhai jiwa nan kerdil
telah lunglai jemarimu menggapai langit
duhai hati nan pedih
telah sarat bidukmu menanti karam
kasih yang kau damba tak jua
dan awan awan bergelimang
mentatah paruh paruh sinar bulan
menampar sukmamu nan diam
kerana hidup adalah perjalanan panjang
dan bila kemudian tak layak untuk menjerang terang
apatah pula menjelang datang
maka adalah lebih baik dari mula sekarang
menyemai angin telanjang
menebar serbuk cahaya di hujung pematang
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
memulas pucat warna wajahmu
meregang lengang di bilik lekang
mendera pulang yang teranyam usang
duhai jiwa nan kerdil
telah lunglai jemarimu menggapai langit
duhai hati nan pedih
telah sarat bidukmu menanti karam
kasih yang kau damba tak jua
dan awan awan bergelimang
mentatah paruh paruh sinar bulan
menampar sukmamu nan diam
kerana hidup adalah perjalanan panjang
dan bila kemudian tak layak untuk menjerang terang
apatah pula menjelang datang
maka adalah lebih baik dari mula sekarang
menyemai angin telanjang
menebar serbuk cahaya di hujung pematang
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, June 23, 2006
Rindu Cahaya
Serentak bermekaran
seluruh kuncup mawar di taman
sebagaimana jiwa yang kering perlahan haru karena usapan hujan
begitu pula lah biduk hati nan terkembang
sontak berlayar mengejar batas akhir kerinduan
mendayung dengan harapan , mengayuh bersama impian
demikian cerita sang bulan
di awal malam setiap musim
bagi jutaan bintang
yang tak bosan mendengar
bagi jutaan angin
yang bersenandung perlahan
bagi setiap hati
yang memendam rindu cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
seluruh kuncup mawar di taman
sebagaimana jiwa yang kering perlahan haru karena usapan hujan
begitu pula lah biduk hati nan terkembang
sontak berlayar mengejar batas akhir kerinduan
mendayung dengan harapan , mengayuh bersama impian
demikian cerita sang bulan
di awal malam setiap musim
bagi jutaan bintang
yang tak bosan mendengar
bagi jutaan angin
yang bersenandung perlahan
bagi setiap hati
yang memendam rindu cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, June 22, 2006
Rahasia Cahaya
Suatu saat ketika kau merasa
dirimu berjarak dengan dirimu
matahari memudar
Suatu saat ketika kau merasa
jiwamu berjarak dengan jiwamu
langit mengeruh
Suatu saat ketika kau merasa
hatimu berjarak dengan hatimu
waktu berhenti
Keakuanmu menyala nyalang, menumbuk kesadaran, menghantam tiap sisi nurani tiada berkesudahan, silih berganti , sampai kelelahan menggiring sukmamu tiba, sampai kepenatan membenamkan segala hasrat, musnah dan tiada lagi jarak tercipta, ketika dirimu adalah juga dirimu, jiwamu dan hatimu
maka suatu ketika kau akan merasa
Rahasia Cahaya terungkap terang lagi jernih
...maka sesungguhnyalah, tiada yang lain selain dirimu
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
dirimu berjarak dengan dirimu
matahari memudar
Suatu saat ketika kau merasa
jiwamu berjarak dengan jiwamu
langit mengeruh
Suatu saat ketika kau merasa
hatimu berjarak dengan hatimu
waktu berhenti
Keakuanmu menyala nyalang, menumbuk kesadaran, menghantam tiap sisi nurani tiada berkesudahan, silih berganti , sampai kelelahan menggiring sukmamu tiba, sampai kepenatan membenamkan segala hasrat, musnah dan tiada lagi jarak tercipta, ketika dirimu adalah juga dirimu, jiwamu dan hatimu
maka suatu ketika kau akan merasa
Rahasia Cahaya terungkap terang lagi jernih
...maka sesungguhnyalah, tiada yang lain selain dirimu
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, June 16, 2006
Manik Cahaya
seperti seluruh jiwa murni yang lainnya
adalah berada dalam samudera manik cahaya
bergerak bersama irama semesta
naik dan turun mengikuti gelombang ombak
hingga tiba waktu yang dijanjikan
kan terdampar di pantai hening dan diam
hanya kadang diri tidak memahami
atau memang tidak pernah terpahami
karena jasad telah menguasai
kerana hasrat telah menutupi
manik cahaya semakin tersembunyi
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
adalah berada dalam samudera manik cahaya
bergerak bersama irama semesta
naik dan turun mengikuti gelombang ombak
hingga tiba waktu yang dijanjikan
kan terdampar di pantai hening dan diam
hanya kadang diri tidak memahami
atau memang tidak pernah terpahami
karena jasad telah menguasai
kerana hasrat telah menutupi
manik cahaya semakin tersembunyi
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, June 14, 2006
Cahaya Diri Cahaya Semesta
Sejauh mata memandang hanya kembali pada dirimu
sebagaimana samudera semesta alam adalah lautan semesta diri
mengapa mencari keluar bila dapat kau temukan di dalam?
mengapa berjaga di luar bila selalu berada di dalam?
Tidak kah pernah kau selami diri yang sejati?
diri yang bukan dirimu dan bukan diriku
namun selalu berada dalam dirimu dan diriku
sehingga dapat kau pahami melalui diri sendiri
keindahan semesta adalah keindahan diri
keagungan semesta adalah keagungan diri
kehancuran semesta adalah kehancuran diri
keruntuhan semesta adalah keruntuhan diri
demikianlah, hingga pada akhirnya seluruh cahaya semesta adalah cahaya diri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sebagaimana samudera semesta alam adalah lautan semesta diri
mengapa mencari keluar bila dapat kau temukan di dalam?
mengapa berjaga di luar bila selalu berada di dalam?
Tidak kah pernah kau selami diri yang sejati?
diri yang bukan dirimu dan bukan diriku
namun selalu berada dalam dirimu dan diriku
sehingga dapat kau pahami melalui diri sendiri
keindahan semesta adalah keindahan diri
keagungan semesta adalah keagungan diri
kehancuran semesta adalah kehancuran diri
keruntuhan semesta adalah keruntuhan diri
demikianlah, hingga pada akhirnya seluruh cahaya semesta adalah cahaya diri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, June 12, 2006
Cercah Cahaya
hidup kosong dan jerit hampa
pada seringai dan mimik tawar
lalu ingatan terpotong-potong
menyeruak di antara keranda
pikirmu sudah selesai
padahal jiwa menangis kerap
dan kerabat menatap harap
sementara tanah telah tersibak
sesungguhnya hingga kini bersama awan berarak
ruh ruh jiwa merekah dan mengepak kepak
kemudian seluruh semesta sujud menapak
tiadakah jua cercah cahaya tampak ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
pada seringai dan mimik tawar
lalu ingatan terpotong-potong
menyeruak di antara keranda
pikirmu sudah selesai
padahal jiwa menangis kerap
dan kerabat menatap harap
sementara tanah telah tersibak
sesungguhnya hingga kini bersama awan berarak
ruh ruh jiwa merekah dan mengepak kepak
kemudian seluruh semesta sujud menapak
tiadakah jua cercah cahaya tampak ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, June 08, 2006
Semarak Cahaya
Siapakah dirimu yang menanti begitu luka di tepi hidup
mengais kais air mata di ujung rindu yang terbakar
mengorek korek jernih di telaga keruh yang bergolak
Siapakah dirimu yang memendam kasmaran di senja senja
merekahkan sayap sayap harap di lembah dalam kelam
menapaki jalan samudera dan arus angin endap endap
Siapakah dirimu yang menjelma menjadi diriku
mengoyak langit benak
menghancurkan lautan angan
memupus semarak cahaya dunia
semoga...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
mengais kais air mata di ujung rindu yang terbakar
mengorek korek jernih di telaga keruh yang bergolak
Siapakah dirimu yang memendam kasmaran di senja senja
merekahkan sayap sayap harap di lembah dalam kelam
menapaki jalan samudera dan arus angin endap endap
Siapakah dirimu yang menjelma menjadi diriku
mengoyak langit benak
menghancurkan lautan angan
memupus semarak cahaya dunia
semoga...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, May 31, 2006
Tahlil Cahaya
mau mu adalah seperti mau mu ?
tetapi pernahkah mau mu berbincang dengan diri mu ?
sebagaimana diri mu bergantung pada mau mu ?
sebagaimana diri mu menuruti mau mu ?
sebagaimana mau mu menguasai diri mu ?
bukankah belum pasti mau mu adalah mau Nya ?
ataukah sudah yakin mau Nya niscaya mau mu ?
lalu mengapa dirimu bertindak semau mau mu ?
lalu kapankah dirimu berhenti semau mau mu ?
tahlil cahaya,
bisik kan bila perlu teriak kan
sentuh lah bila perlu hentak lah
hingga goyah seluruh mau mu
hingga bergelimpangan semua mau mu
hingga terlihat mau Nya di antara mau mau mu
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
tetapi pernahkah mau mu berbincang dengan diri mu ?
sebagaimana diri mu bergantung pada mau mu ?
sebagaimana diri mu menuruti mau mu ?
sebagaimana mau mu menguasai diri mu ?
bukankah belum pasti mau mu adalah mau Nya ?
ataukah sudah yakin mau Nya niscaya mau mu ?
lalu mengapa dirimu bertindak semau mau mu ?
lalu kapankah dirimu berhenti semau mau mu ?
tahlil cahaya,
bisik kan bila perlu teriak kan
sentuh lah bila perlu hentak lah
hingga goyah seluruh mau mu
hingga bergelimpangan semua mau mu
hingga terlihat mau Nya di antara mau mau mu
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tuesday, May 30, 2006
Hilang Cahaya
Di sini kau dapati dirimu akar gelap yang sesak
menjalar-jalar menghisap jalang
merambah tak bertujuan
mencengkram tak bermakna
Hapus haus terumbu jiwa
menukar lara dengan nestapa
mendobrak kerak kerak serak
menjinjit ilalang semak
Janganlah karenanya dirimu berhenti disini
Karena dirimu tak terhenti hingga disana
Karena akar jalang sesak kerak
Karena serak semak akan menuai memuncak
Dan palung sukmamu terbakar diam hilang cahaya
....janganlah jangan
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
menjalar-jalar menghisap jalang
merambah tak bertujuan
mencengkram tak bermakna
Hapus haus terumbu jiwa
menukar lara dengan nestapa
mendobrak kerak kerak serak
menjinjit ilalang semak
Janganlah karenanya dirimu berhenti disini
Karena dirimu tak terhenti hingga disana
Karena akar jalang sesak kerak
Karena serak semak akan menuai memuncak
Dan palung sukmamu terbakar diam hilang cahaya
....janganlah jangan
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, May 26, 2006
Manunggal Cahaya
setiapnya berhembus melewati jantung
menggiring berjuta makna tak kunjung henti
merebakkan nuansa rindu terdalam tak terpuaskan
menggema ke segala sisi, mengalun di semua sudut, mendera seluruh jasad
jiwa jiwa mengambang laksana buih lautan
sukma sukma mengembangkan sayapnya bersama angin malam menuju bintang gemintang
pada akhirnya tanah adalah tanah, debu adalah debu, lenyap ditelan jaman...tak membekas
namun keabadian tetap di sana
menanti dalam kepastian untuk semua ketidakpastian
saat pudar seluruh cahaya
saat waktu menuang tetes terakhir dalam cawan semesta
saat segalanya maujud manunggal cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
menggiring berjuta makna tak kunjung henti
merebakkan nuansa rindu terdalam tak terpuaskan
menggema ke segala sisi, mengalun di semua sudut, mendera seluruh jasad
jiwa jiwa mengambang laksana buih lautan
sukma sukma mengembangkan sayapnya bersama angin malam menuju bintang gemintang
pada akhirnya tanah adalah tanah, debu adalah debu, lenyap ditelan jaman...tak membekas
namun keabadian tetap di sana
menanti dalam kepastian untuk semua ketidakpastian
saat pudar seluruh cahaya
saat waktu menuang tetes terakhir dalam cawan semesta
saat segalanya maujud manunggal cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Wednesday, May 17, 2006
Takdir Cahaya
Karenanya,
di ufuk langit hatimu
sesekali kunjungilah
...ya, tentu saja, bukan karena kau tidak mengerti tapi karena takut untuk menyelami
di fajar cakrawala jiwamu
sesekali jenguklah
...tidak, tentu saja, sebab kau merasa terpisah sedangkan sesungguhnya tak pernah ada keterpisahan
di petang nila temaram sukmamu
sesekali pandangilah
...sebelum semu semu mengunyah harapmu dan noda noda menggelapkan cerminmu kemudian kematian menghampirimu
Jarak, Ruang, Waktu bagai anai anai yang mengelilingi pandanganmu di gelap malam, sedangkan pelita dalam diri tiada pernah kau nyalakan, bahkan kau sentuh atau terlebih lagi jangan-jangan kau tidak pernah menyadari adanya takdir cahaya tersebut dalam dirimu ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
di ufuk langit hatimu
sesekali kunjungilah
...ya, tentu saja, bukan karena kau tidak mengerti tapi karena takut untuk menyelami
di fajar cakrawala jiwamu
sesekali jenguklah
...tidak, tentu saja, sebab kau merasa terpisah sedangkan sesungguhnya tak pernah ada keterpisahan
di petang nila temaram sukmamu
sesekali pandangilah
...sebelum semu semu mengunyah harapmu dan noda noda menggelapkan cerminmu kemudian kematian menghampirimu
Jarak, Ruang, Waktu bagai anai anai yang mengelilingi pandanganmu di gelap malam, sedangkan pelita dalam diri tiada pernah kau nyalakan, bahkan kau sentuh atau terlebih lagi jangan-jangan kau tidak pernah menyadari adanya takdir cahaya tersebut dalam dirimu ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Monday, May 15, 2006
Cahaya pada cahaya
Engkaulah Tiada pada keberadaan
Mengisi penuh kekosongan
Menjalari tiap sel darah berthawaf mengitari hati jasad
Melucuti tiap percik air berserakan di penjuru bumi
Engkaulah Cermin Maujud pada Keghaiban
Mendera deras keniscayaan
Mengiringi tiap tarikan nafas menghidupkan mahluk
Menyertai tiap sinar menerangi seluk selubung gelap
Engkaulah Cahaya pada cahaya
Mendekap hati raga dan jiwa
Meluruhkan semesta sukma
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Mengisi penuh kekosongan
Menjalari tiap sel darah berthawaf mengitari hati jasad
Melucuti tiap percik air berserakan di penjuru bumi
Engkaulah Cermin Maujud pada Keghaiban
Mendera deras keniscayaan
Mengiringi tiap tarikan nafas menghidupkan mahluk
Menyertai tiap sinar menerangi seluk selubung gelap
Engkaulah Cahaya pada cahaya
Mendekap hati raga dan jiwa
Meluruhkan semesta sukma
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, May 04, 2006
Pendulum Cahaya
sebagai dirimu jadilah diriku dalam diriNya
sebagai jiwaku jadilah jiwamu dalam jiwaNya
sebagai sukmamu jadilah sukmaku dalam sukmaNya
hati yang berayun ayun
angan yang berdentang dentang
moksa yang menggebu gebu
lalu suara dari kerumunan angin di padang asing
"hei, mengapa semakin tak berarti ?"
dan matamu sekilas binar, menjumput ruh yang berserakan
kau susun keping demi keping hingga mewujud pendulum cahaya
lalu suaramu menjawab lantang
"semakin tak berarti adalah halnya kehadiran kosong yang penuhi semesta"
maka kau mulai menanggalkan satu persatu
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sebagai jiwaku jadilah jiwamu dalam jiwaNya
sebagai sukmamu jadilah sukmaku dalam sukmaNya
hati yang berayun ayun
angan yang berdentang dentang
moksa yang menggebu gebu
lalu suara dari kerumunan angin di padang asing
"hei, mengapa semakin tak berarti ?"
dan matamu sekilas binar, menjumput ruh yang berserakan
kau susun keping demi keping hingga mewujud pendulum cahaya
lalu suaramu menjawab lantang
"semakin tak berarti adalah halnya kehadiran kosong yang penuhi semesta"
maka kau mulai menanggalkan satu persatu
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, May 02, 2006
Pelangi Cahaya
Kehidupan adalah satu yang berbilang
kemanunggalan yang jamak
kemanapun wajahmu menghadap....
Kerinduanpun adalah satu yang berbilang
kemajemukan yang manunggal
kemanapun hatimu menyerah....
semakin nyata dan terang ibarat pelangi cahaya
perbedaan berbeda ketika dibedakan
ada mengada ketika diadakan
diri lupa raga, lupa jiwa
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
kemanunggalan yang jamak
kemanapun wajahmu menghadap....
Kerinduanpun adalah satu yang berbilang
kemajemukan yang manunggal
kemanapun hatimu menyerah....
semakin nyata dan terang ibarat pelangi cahaya
perbedaan berbeda ketika dibedakan
ada mengada ketika diadakan
diri lupa raga, lupa jiwa
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Friday, April 21, 2006
Rencup Cahaya
dimanapun pencarianmu berujung
kau kan temukan segalanya seperangguan
dalam kerinduan ini
percik-percik perat meranggak ke tepian hati, selalu
jiwa merayau-rayau, mereguk rencup cahaya, kerap
dalam perjalanan ini
candrasangkala bukanlah sangkar melainkan santiaji
hingga kau paham kaidah santun menguak tabir
karena sukma telah menanggar
kerana jiwa telah tertangguh
......masih ada tungau di surau?
jadi
singkapkanlah wulung-wulung
lepaskanlah segala wisaya
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
kau kan temukan segalanya seperangguan
dalam kerinduan ini
percik-percik perat meranggak ke tepian hati, selalu
jiwa merayau-rayau, mereguk rencup cahaya, kerap
dalam perjalanan ini
candrasangkala bukanlah sangkar melainkan santiaji
hingga kau paham kaidah santun menguak tabir
karena sukma telah menanggar
kerana jiwa telah tertangguh
......masih ada tungau di surau?
jadi
singkapkanlah wulung-wulung
lepaskanlah segala wisaya
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
Thursday, April 20, 2006
Telaga Cahaya
bukan, bukan dirimu
tidak, tidak jiwamu
menunggu sukma selasar menderu
penantian yang merayu-rayu
mendesak penat menunduk layu
......sangat kurindu ketika waktu
betapa merdu senandung adik rembulan
sendirian mendekap bintang di langit pelataran
lenyap dalam syahdu kasmaran
aduhai diri nan terpana
aduhai jiwa yang terpesona
berilah dahaga ini seteguk hakikat telaga cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
tidak, tidak jiwamu
menunggu sukma selasar menderu
penantian yang merayu-rayu
mendesak penat menunduk layu
......sangat kurindu ketika waktu
betapa merdu senandung adik rembulan
sendirian mendekap bintang di langit pelataran
lenyap dalam syahdu kasmaran
aduhai diri nan terpana
aduhai jiwa yang terpesona
berilah dahaga ini seteguk hakikat telaga cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
Thursday, April 06, 2006
Milik Cahaya
milikku adalah bukan milikku
milikmu adalah bukan milikmu
milikku adalah bukan milikmu
milikmu adalah bukan milikku
mengakui milik yang bukan milik
adalah bukan berarti memiliki yang dimiliki
karena yang dimiliki adalah bukan milik
sehingga tidak mungkin memiliki apa yang dimiliki
sebab hanya satu pemilik yang berhak memiliki
sebab kepemilikan adalah absolute sang pemilik
sebab segalanya akan kembali pada pemiliknya
milik cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
milikmu adalah bukan milikmu
milikku adalah bukan milikmu
milikmu adalah bukan milikku
mengakui milik yang bukan milik
adalah bukan berarti memiliki yang dimiliki
karena yang dimiliki adalah bukan milik
sehingga tidak mungkin memiliki apa yang dimiliki
sebab hanya satu pemilik yang berhak memiliki
sebab kepemilikan adalah absolute sang pemilik
sebab segalanya akan kembali pada pemiliknya
milik cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, April 05, 2006
Kabut Cahaya
hingga pada akhirnya
kesadaran mencerna
hingga pada akhirnya
hati mengamini jiwa
hingga pada akhirnya
segala di dunia
adalah kabut cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
kesadaran mencerna
hingga pada akhirnya
hati mengamini jiwa
hingga pada akhirnya
segala di dunia
adalah kabut cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, April 03, 2006
Deras Cahaya
dan bila kau dekat
ketika jiwamu salju memutih kilau
dan bila kau hilang
ketika hatimu belah terbasuh air
dan bila kau hampa
ketika dirimu luluh dalam deras cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
ketika jiwamu salju memutih kilau
dan bila kau hilang
ketika hatimu belah terbasuh air
dan bila kau hampa
ketika dirimu luluh dalam deras cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, March 16, 2006
Benang Cahaya
di depan dari belakangku
di atas dari bawahku
di kanan dari kiriku
kembang awan yang merekah
kupu-kupu merenda angin pernah
jiwa kapas melayang terbang
mengalun jejak bayang
agar gelap menetas terang
kehidupan lalu bagai kepompong
berpindah dari ada ke kosong
dari satu utas benang cahaya mayapada yang pencar remang
mengikat hati tak terbilang
pernahkah kau rasakan?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
di atas dari bawahku
di kanan dari kiriku
kembang awan yang merekah
kupu-kupu merenda angin pernah
jiwa kapas melayang terbang
mengalun jejak bayang
agar gelap menetas terang
kehidupan lalu bagai kepompong
berpindah dari ada ke kosong
dari satu utas benang cahaya mayapada yang pencar remang
mengikat hati tak terbilang
pernahkah kau rasakan?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, March 10, 2006
Desir Cahaya
Satu demi satu
seperti selayaknya
di batas pandang mata
di ujung biru laut dunia
keakuan terpana
satu demi satu
seperti terkumpul
menuang anggur di buhul
mengarak awan kasmaran bersama kepakan sayap masygul
kedirian memantul
hingga merekah langit pula
hingga mendayu desir cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
seperti selayaknya
di batas pandang mata
di ujung biru laut dunia
keakuan terpana
satu demi satu
seperti terkumpul
menuang anggur di buhul
mengarak awan kasmaran bersama kepakan sayap masygul
kedirian memantul
hingga merekah langit pula
hingga mendayu desir cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, March 02, 2006
Gerbang Cahaya
dan jiwamu ketika luruh ke bumi bersama rintik air hujan
dan sukmamu ketika lenyap ke langit bersama bahang nyala unggun
lalu semua langit bumi semesta hening
segala simbol dan makna hancur
kedirian hilang dan lebur
kekosongan diam menjadi teman hingga penghujung jalan
mendedah hening hingga bersua gerbang cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dan sukmamu ketika lenyap ke langit bersama bahang nyala unggun
lalu semua langit bumi semesta hening
segala simbol dan makna hancur
kedirian hilang dan lebur
kekosongan diam menjadi teman hingga penghujung jalan
mendedah hening hingga bersua gerbang cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, February 27, 2006
Tanya Cahaya
Adalah
jauh sekaligus dekat
hilang sekaligus ada
wujud sekaligus ghaib
besar sekaligus kecil
sulit sekaligus sederhana
gelap sekaligus terang
Adalah tanya cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
jauh sekaligus dekat
hilang sekaligus ada
wujud sekaligus ghaib
besar sekaligus kecil
sulit sekaligus sederhana
gelap sekaligus terang
Adalah tanya cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, February 23, 2006
Warna Cahaya
dan bila
ataukah selalu
lara deras menyelimuti, meronta, menjelma belati yang menusuk, dingin dan dalam
maka sesungguhnya hanya mengingat kan menjadi tentram
dan ketika
ataukah seringkali
gelap menyelubungi hati, merobek semua angan, menjelma ombak yang menderu
maka sesungguhnya manusia tidak pernah sendiri
seperti pelangi yang berkilau warna cahaya
hanya ketika langit mengemban air dan diterpa mentari
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
ataukah selalu
lara deras menyelimuti, meronta, menjelma belati yang menusuk, dingin dan dalam
maka sesungguhnya hanya mengingat kan menjadi tentram
dan ketika
ataukah seringkali
gelap menyelubungi hati, merobek semua angan, menjelma ombak yang menderu
maka sesungguhnya manusia tidak pernah sendiri
seperti pelangi yang berkilau warna cahaya
hanya ketika langit mengemban air dan diterpa mentari
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, February 21, 2006
Mabuk Cahaya
Ya, telah datang
semuanya semakin jelas bagai cermin jernih air yang menghiasi danau danau dan telaga
ketika hati mengalun bagai petikan senar dawai dalam simponi angin
ketika segenap pori-porimu berzikir dan menggema siang dan malam
Ya, mungkin sebentar lagi
semuanya semakin dekat bagai semburat sapuan jingga di langit barat memudar perlahan diam
ketika hasrat lebur sudah punah menghilang kemana entah
ketika jiwamu tiba-tiba merindu sangat dalam, kasmaran dan mabuk cahaya
Ya, semoga....
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
semuanya semakin jelas bagai cermin jernih air yang menghiasi danau danau dan telaga
ketika hati mengalun bagai petikan senar dawai dalam simponi angin
ketika segenap pori-porimu berzikir dan menggema siang dan malam
Ya, mungkin sebentar lagi
semuanya semakin dekat bagai semburat sapuan jingga di langit barat memudar perlahan diam
ketika hasrat lebur sudah punah menghilang kemana entah
ketika jiwamu tiba-tiba merindu sangat dalam, kasmaran dan mabuk cahaya
Ya, semoga....
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Monday, February 20, 2006
Cetak Cahaya
ku sebut nama
ku tafsirkan zat
ku kaji sifat
kepada diri
dialog hening
hanya berdua
sejak awal hingga akhir dunia fana
sungguh
hanya cetak cahaya
sejak tercipta hingga bergema sangkakala
sungguh
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya........
ku tafsirkan zat
ku kaji sifat
kepada diri
dialog hening
hanya berdua
sejak awal hingga akhir dunia fana
sungguh
hanya cetak cahaya
sejak tercipta hingga bergema sangkakala
sungguh
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya........
Monday, February 13, 2006
Secarik Cahaya
Apa yang sebenarnya kau butuhkan?
hanya secarik cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
hanya secarik cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, February 09, 2006
Lubuk cahaya
Sejauh angin berhembus, sukma memanjang melayang
dan jasad ini beku diam disini, berhenti dan menanti
hingga kasat air mata mengering
lalu melewati setiap musim mematung
pada rongga karang dan lekuk bebatuan, dera dalam deru nafas
di pucuk awan dan di pinggir bulan, siksa dalam sisa nafas
dan masih, angin.....hawa....rasa...
sampai bertafakur seluruh alam semesta dalam jiwa
berzikir diam-diam di lubuk cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
dan jasad ini beku diam disini, berhenti dan menanti
hingga kasat air mata mengering
lalu melewati setiap musim mematung
pada rongga karang dan lekuk bebatuan, dera dalam deru nafas
di pucuk awan dan di pinggir bulan, siksa dalam sisa nafas
dan masih, angin.....hawa....rasa...
sampai bertafakur seluruh alam semesta dalam jiwa
berzikir diam-diam di lubuk cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tuesday, January 24, 2006
Hangat Cahaya
setiapnya adalah benang yang indah dan jarum yang tajam
kemudian kehidupan menjadi bentang sulaman
setiapnya adalah ombak yang berlari dan angin yang menerjang
kemudian kehidupan menjadi julang karang
setiapnya adalah mentari yang hangat dan hujan yang menerpa
kemudian kehidupan menjadi pohon kokoh berakar
aku dan kau adalah benih yang bermula
yang lahir tuna rasa di alam yang penuh warna
lalu samudera angan dan badai hasrat memenuhi jasad tanah
seterusnya hingga hati dan jiwa pun bisa meluap
namun hanya aku dan kau yang tahu tentunya
apakah tawa berarti tawa
apakah tangis berarti tangis
namun hanya aku dan kau yang tahu maknanya
apakah bahagia berarti bahagia
apakah sedih berarti sedih
....semoga hangat cahaya kelak mencairkan
dan hati yang terdalam pun akan kembali pada keharibaan hakiki
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
kemudian kehidupan menjadi bentang sulaman
setiapnya adalah ombak yang berlari dan angin yang menerjang
kemudian kehidupan menjadi julang karang
setiapnya adalah mentari yang hangat dan hujan yang menerpa
kemudian kehidupan menjadi pohon kokoh berakar
aku dan kau adalah benih yang bermula
yang lahir tuna rasa di alam yang penuh warna
lalu samudera angan dan badai hasrat memenuhi jasad tanah
seterusnya hingga hati dan jiwa pun bisa meluap
namun hanya aku dan kau yang tahu tentunya
apakah tawa berarti tawa
apakah tangis berarti tangis
namun hanya aku dan kau yang tahu maknanya
apakah bahagia berarti bahagia
apakah sedih berarti sedih
....semoga hangat cahaya kelak mencairkan
dan hati yang terdalam pun akan kembali pada keharibaan hakiki
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, January 23, 2006
Tujuh Cahaya
Satu
lalu berbilang
Dua
lalu berbilang
Tiga
lalu berbilang
empat
lalu berbilang
lima
lalu berbilang
enam
lalu berbilang
tujuh
dan segalanya berakhir
dan semestinya bagimu, bagiku ada bilangan tujuh cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
lalu berbilang
Dua
lalu berbilang
Tiga
lalu berbilang
empat
lalu berbilang
lima
lalu berbilang
enam
lalu berbilang
tujuh
dan segalanya berakhir
dan semestinya bagimu, bagiku ada bilangan tujuh cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Batas Cahaya
hati yang tergerus terjerumus pada patahan jalan
mengiang-ngiang bayang melayang membanjiri langit mengelam
kau jiwa yang tenggelam sedih, aku jiwa yang meregang pedih
sementara diri terus berjalan dalam buaian waktu
sementara sukma terus merindukan batas cahaya
menyusuri perlahan menuju keabadian
adakah kan terampuni ?
apakah kan termaafkan ?
adakah kan terobati ?
apakah kan terikhlaskan ?
ketika awal adalah juga akhir dan akhir adalah juga awal
ketika hidup adalah mati dan mati adalah juga hidup
ketika kosong adalah penuh dan penuh adalah juga kosong
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
mengiang-ngiang bayang melayang membanjiri langit mengelam
kau jiwa yang tenggelam sedih, aku jiwa yang meregang pedih
sementara diri terus berjalan dalam buaian waktu
sementara sukma terus merindukan batas cahaya
menyusuri perlahan menuju keabadian
adakah kan terampuni ?
apakah kan termaafkan ?
adakah kan terobati ?
apakah kan terikhlaskan ?
ketika awal adalah juga akhir dan akhir adalah juga awal
ketika hidup adalah mati dan mati adalah juga hidup
ketika kosong adalah penuh dan penuh adalah juga kosong
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, January 18, 2006
Tangis Cahaya
malam tadi kusaksikan untuk kesekian kalinya serambi langit yang meratap
renda awan gemawan semakin pudar seperti hiasan sia sia
layaknya pasir berserak di atas tanah kering retak-retak
begitu pula hati untuk yang kesekian kalinya meratap
menatap gelap gelap palung jiwa
mengikis kerak-kerak dinding sukma
sungguh semakin mendekat waktu pulang
tetapi semakin pula diri meradang jalang
semoga bagiku dan bagimu ada tangis cahaya
yang mampu membasuh jiwa lara merana
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
renda awan gemawan semakin pudar seperti hiasan sia sia
layaknya pasir berserak di atas tanah kering retak-retak
begitu pula hati untuk yang kesekian kalinya meratap
menatap gelap gelap palung jiwa
mengikis kerak-kerak dinding sukma
sungguh semakin mendekat waktu pulang
tetapi semakin pula diri meradang jalang
semoga bagiku dan bagimu ada tangis cahaya
yang mampu membasuh jiwa lara merana
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, January 17, 2006
Mutiara Cahaya
hingga kau mengerti pada akhirnya
pedihmu pedihku jua
laramu laraku jua
kesakitanmu kesakitanku jua
namun adalah tak mungkin menyuarakan hati dengan kalimat dunia yang gagap dan terbatas
engkaupun tahu hal itu
namun adalah kerinduan juga membawa belati dingin yang dapat tajam menusuk
engkaupun tahu hal itu
...angan seperti buih awan yang mudah hilang dihempas angin
untuk itu telah kupahatkan semua pahit & manis cerita pada mutiara cahaya
agar menjejak dalam dan bersinar kekal
untuk mu, untuk ku, untuk lisan-lisan yang tak pernah terungkap
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
pedihmu pedihku jua
laramu laraku jua
kesakitanmu kesakitanku jua
namun adalah tak mungkin menyuarakan hati dengan kalimat dunia yang gagap dan terbatas
engkaupun tahu hal itu
namun adalah kerinduan juga membawa belati dingin yang dapat tajam menusuk
engkaupun tahu hal itu
...angan seperti buih awan yang mudah hilang dihempas angin
untuk itu telah kupahatkan semua pahit & manis cerita pada mutiara cahaya
agar menjejak dalam dan bersinar kekal
untuk mu, untuk ku, untuk lisan-lisan yang tak pernah terungkap
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, January 13, 2006
Kuntum Cahaya
Bintang-bintang adalah serakan mawar di taman langit
seperti kuntum cahaya yang mekar di taman hati
yang aku dan kau pandang, yang aku dan kau rasa
lalu diam-diam meratapi langkah menyusuri
jejak istana pasir di anjung pantai
semoga segalanya kembali menepi
menemani arti sepi-sepi....
ketika menjangkau asa tak bertepi
ketika menebas galau berduri
dan bila di ujung jalan semuanya sirna kembali, seperti bintang-bintang menjelang pagi,
bagiku & bagimu di awal nanti, hanyalah bukti kuntum cahaya di taman hati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
seperti kuntum cahaya yang mekar di taman hati
yang aku dan kau pandang, yang aku dan kau rasa
lalu diam-diam meratapi langkah menyusuri
jejak istana pasir di anjung pantai
semoga segalanya kembali menepi
menemani arti sepi-sepi....
ketika menjangkau asa tak bertepi
ketika menebas galau berduri
dan bila di ujung jalan semuanya sirna kembali, seperti bintang-bintang menjelang pagi,
bagiku & bagimu di awal nanti, hanyalah bukti kuntum cahaya di taman hati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, January 09, 2006
Menjelang Cahaya
Ketika bibir terkatup dan hilang kata-kata
hanya hati yang berbicara kepada hampa langit
lara dan gelisah adalah warna yang memetakan rasa
memindai kesepian di ujung jiwa
pikiran menyengat sangat
menindih hati sukma berat
menyibak jiwa yang rapat-rapat
meredam hening yang lamat-lamat
barangkali hingga menjelang akhir saat
barulah jiwa menjelma lautan yang sarat
barangkali hingga saat menjemput pulang
barulah hati dapat diterima dengan terang
dan jiwamu dan jiwaku sama terbang
beriringan menjelang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
hanya hati yang berbicara kepada hampa langit
lara dan gelisah adalah warna yang memetakan rasa
memindai kesepian di ujung jiwa
pikiran menyengat sangat
menindih hati sukma berat
menyibak jiwa yang rapat-rapat
meredam hening yang lamat-lamat
barangkali hingga menjelang akhir saat
barulah jiwa menjelma lautan yang sarat
barangkali hingga saat menjemput pulang
barulah hati dapat diterima dengan terang
dan jiwamu dan jiwaku sama terbang
beriringan menjelang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Subscribe to:
Posts (Atom)