tiada jejak tersisa
perlahan melangkah keluar pintu semesta
mendapati hablur niscaya mengetuk jiwa jiwa
mengiringi hati sepi sunyi ketika
pikiran yang tidak berpikir
di antara dialog hening
dan waktu yang terdiam
mendaki puncak puncak, melewati lembah lembah, mengarungi laut laut
hanya untuk kembali
apa yang nyata bukanlah sebagaimana
titik- titik menghilang dalam garis
fajar lebur
senja menghilang
barangkali semesta telah lama bertanya
dimana letak diri pada tangga cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tuesday, July 18, 2006
Friday, July 14, 2006
Gelombang Cahaya
padang salju memutih di jendela kamar temaram
mendera angan untuk termenung dalam dalam
menjerat pikiran menempuh kembali jejak kelam
...selalu di penghujung malam
nun jauh di tepian bintang redup
hati meringkuk dibalik langit tertutup
berjalan bersama malam malam pudar
....selalu di penghujung fajar
keelokan pedih tak terkira
setiapnya adalah bahagia pandangan pertama
menujum segala harap
melahirkan gelombang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
mendera angan untuk termenung dalam dalam
menjerat pikiran menempuh kembali jejak kelam
...selalu di penghujung malam
nun jauh di tepian bintang redup
hati meringkuk dibalik langit tertutup
berjalan bersama malam malam pudar
....selalu di penghujung fajar
keelokan pedih tak terkira
setiapnya adalah bahagia pandangan pertama
menujum segala harap
melahirkan gelombang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, July 13, 2006
Panggung Cahaya
gemetar seluruh nadi ketika
bara sekam hasrat mendingin
terdiam gelegar ombak ketika
lintasan hati henyak terpukau
hening menghentak langit ketika
isyarat alam bersimpuh tertunduk
adanya salah untuk tahu yang benar
diperlukan sesat untuk tahu yang lurus
seperti hadirnya tangis bagi tawa
dibutuhkan pedih untuk mengenal bahagia
kemarin mustinya adalah anak tangga pertama
bagi yang kedua hari ini
bagi yang berikutnya esok hari
namun kemanakah diri telah memijak kemarin? hari ini? esok?
tentu saja ada ragu untuk menghadirkan yakin
sebagaimana ruang gelap bagi panggung cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
bara sekam hasrat mendingin
terdiam gelegar ombak ketika
lintasan hati henyak terpukau
hening menghentak langit ketika
isyarat alam bersimpuh tertunduk
adanya salah untuk tahu yang benar
diperlukan sesat untuk tahu yang lurus
seperti hadirnya tangis bagi tawa
dibutuhkan pedih untuk mengenal bahagia
kemarin mustinya adalah anak tangga pertama
bagi yang kedua hari ini
bagi yang berikutnya esok hari
namun kemanakah diri telah memijak kemarin? hari ini? esok?
tentu saja ada ragu untuk menghadirkan yakin
sebagaimana ruang gelap bagi panggung cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Subscribe to:
Posts (Atom)