Masih,
waktu yang membelai dedaunan bagi kekosongan makna
Masih,
Hening yang bercermin pada hati terkulai
Masih,
Air mata yang embun, menuai perlahan
Namun tiada lagi,
Kesyahduan yang mendalam serunai cahaya
Melimpahlah seluruh cahaya, duhai kekasih....
Tuesday, November 27, 2007
Tuesday, June 12, 2007
Saksi Cahaya
Taman hatiku, gelap.
Sehelai daun kering jatuh menerpa.
Suara senja hampa.
Dunia ku telah tawar.
Namun akhirat masih pudar.
Dan kematianku mengintip jalang.
Aku tak sanggup mendengar.
haru berjuta saksi cahaya
yang menghampiri sejak pertama aku membuka mata.
yang menemani hingga aku menutup mata...selamanya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Sehelai daun kering jatuh menerpa.
Suara senja hampa.
Dunia ku telah tawar.
Namun akhirat masih pudar.
Dan kematianku mengintip jalang.
Aku tak sanggup mendengar.
haru berjuta saksi cahaya
yang menghampiri sejak pertama aku membuka mata.
yang menemani hingga aku menutup mata...selamanya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, June 06, 2007
Gemulai Cahaya
Aku setengah-setengah dalam kemanusiaanku.
Aku tidak manusia tidak juga hewan
Aku percaya kepada Tuhan, tetapi langkahku kerap menguburnya dalam.
Aku percaya Tuhan Maha Melihat, tetapi aku kerap menafikan.
Aku percaya Tuhan Maha Mendengar, tetapi aku kerap berendap-endap.
Aku memang setengah-setengah dalam kemanusiaanku
Aku tidak manusia tidak juga iblis
Aku Percaya Tuhan Maha Pengampun, makanya aku menghambur-hamburkan dosa.
Aku percaya Tuhan Maha Pengasih, makanya aku berfoya-foya untuk kesenangan dunia.
Aku Percaya Tuhan Maha Penyayang, makanya aku melurukkan diri dalam nista.
Rasanya hatiku telah berkerak, jiwaku telah membatu, cahayaku telah kaku dan keras.
Betapa aku ingin menjadi manusia.
Penuh sentuhan dengan gemulai cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Aku tidak manusia tidak juga hewan
Aku percaya kepada Tuhan, tetapi langkahku kerap menguburnya dalam.
Aku percaya Tuhan Maha Melihat, tetapi aku kerap menafikan.
Aku percaya Tuhan Maha Mendengar, tetapi aku kerap berendap-endap.
Aku memang setengah-setengah dalam kemanusiaanku
Aku tidak manusia tidak juga iblis
Aku Percaya Tuhan Maha Pengampun, makanya aku menghambur-hamburkan dosa.
Aku percaya Tuhan Maha Pengasih, makanya aku berfoya-foya untuk kesenangan dunia.
Aku Percaya Tuhan Maha Penyayang, makanya aku melurukkan diri dalam nista.
Rasanya hatiku telah berkerak, jiwaku telah membatu, cahayaku telah kaku dan keras.
Betapa aku ingin menjadi manusia.
Penuh sentuhan dengan gemulai cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tuesday, May 01, 2007
Hilir Cahaya
Jiwa yang retak tetaplah jiwa.
Sukma yang rapuh pun tetaplah sukma.
Kemanapun rindu mengalir berujung ke hilir cahaya jua.
Sepetak demi sepetak langit bersaksi, menukil asbab yang gemuruh dalam lintasan angin jaman.
aku adalah batu berlumut
aku adalah dinding berkerak
tiada bedanya
Aku adalah hening yang menyelinap dengan sayap-sayap sunyi dibalik bayang raga.
Ada atau tiadanya aku bukanlah hakikat.
aku adalah sejumput tanah
aku adalah sepenggal kayu
tiada bedanya
Semesta adalah satu yang tak berhingga dalam dekapan kasmaran.
Rindu yang gemetar dan hasrat yang berkobar adalah jejak yang sama.
aku adalah segenggam pasir
aku adalah seteguk air
tiada bedanya
Hingga raga meluruh.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Sukma yang rapuh pun tetaplah sukma.
Kemanapun rindu mengalir berujung ke hilir cahaya jua.
Sepetak demi sepetak langit bersaksi, menukil asbab yang gemuruh dalam lintasan angin jaman.
aku adalah batu berlumut
aku adalah dinding berkerak
tiada bedanya
Aku adalah hening yang menyelinap dengan sayap-sayap sunyi dibalik bayang raga.
Ada atau tiadanya aku bukanlah hakikat.
aku adalah sejumput tanah
aku adalah sepenggal kayu
tiada bedanya
Semesta adalah satu yang tak berhingga dalam dekapan kasmaran.
Rindu yang gemetar dan hasrat yang berkobar adalah jejak yang sama.
aku adalah segenggam pasir
aku adalah seteguk air
tiada bedanya
Hingga raga meluruh.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, April 27, 2007
Gelegar Cahaya
Jawabmu ringan
" mana ada "
Tanyaku ringan
" Apa ada ?"
Jawab mereka ringan
" Sepertinya tidak ada"
Tanyaku ringan
" Apa ada ?"
Jawabnya ringan
" Tak ada "
Tanyaku ringan
"Apa ada ?"
Lalu engkau , aku dan mereka tiada
Tanyaku ringan
" Bagaimana ?"
Jawabmu sedih
" Ternyata ada...."
Tanyaku ringan
" Bagaimana ?"
Jawab mereka tersendat
" .. terbukti ada..."
Tanyaku ringan
" Bagaimana ?"
Jawabnya tersedu
".......akhirnya tidak ada yang tidak ada..."
Lalu engkau, aku dan mereka musnah dalam gelegar cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
" mana ada "
Tanyaku ringan
" Apa ada ?"
Jawab mereka ringan
" Sepertinya tidak ada"
Tanyaku ringan
" Apa ada ?"
Jawabnya ringan
" Tak ada "
Tanyaku ringan
"Apa ada ?"
Lalu engkau , aku dan mereka tiada
Tanyaku ringan
" Bagaimana ?"
Jawabmu sedih
" Ternyata ada...."
Tanyaku ringan
" Bagaimana ?"
Jawab mereka tersendat
" .. terbukti ada..."
Tanyaku ringan
" Bagaimana ?"
Jawabnya tersedu
".......akhirnya tidak ada yang tidak ada..."
Lalu engkau, aku dan mereka musnah dalam gelegar cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, April 13, 2007
Semesta Cahaya
Semakin tahu ternyata hanya membuat semakin tidak tahu.
Bintang-bintang berlalu , bulan merenung, awan-awan bimbang, gunung-gemunung bertafakur, matahari tunduk, bumi bergejolak, seluruh alam semesta menuju pada jalan takdir.
Bagaimana memecahkan kebingungan fana yang menyesatkan, berpaduan sekaligus bertentangan, sederhana sekaligus rumit, berpikir sekaligus tidak berpikir, melainkan hanya memahat pada pancang-pancang langit dan mengukir pada pasak-pasak bumi untuk setiap kejadian yang kelumit bagi sukma, jiwa dan raga.
Keniscayaan semestinya adalah sepasang sayap. Menggapai ketinggian tidaklah mungkin hanya dengan melambaikan satu sayap, lagipula tidak indah, bahkan lebih tepat dikatakan mengharukan bagi yang menyaksikan.
Dan kehidupan akhirnya hanyalah luruhan tasbih, setiap kejadian seperti bergulirnya bulir tasbih menuju ke bulir berikutnya, kadang terpegang, kadang di atas, kadang terlepas, kadang di bawah, namun tetap berputar.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau.
Bagi-Mu seluruh semesta cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Bintang-bintang berlalu , bulan merenung, awan-awan bimbang, gunung-gemunung bertafakur, matahari tunduk, bumi bergejolak, seluruh alam semesta menuju pada jalan takdir.
Bagaimana memecahkan kebingungan fana yang menyesatkan, berpaduan sekaligus bertentangan, sederhana sekaligus rumit, berpikir sekaligus tidak berpikir, melainkan hanya memahat pada pancang-pancang langit dan mengukir pada pasak-pasak bumi untuk setiap kejadian yang kelumit bagi sukma, jiwa dan raga.
Keniscayaan semestinya adalah sepasang sayap. Menggapai ketinggian tidaklah mungkin hanya dengan melambaikan satu sayap, lagipula tidak indah, bahkan lebih tepat dikatakan mengharukan bagi yang menyaksikan.
Dan kehidupan akhirnya hanyalah luruhan tasbih, setiap kejadian seperti bergulirnya bulir tasbih menuju ke bulir berikutnya, kadang terpegang, kadang di atas, kadang terlepas, kadang di bawah, namun tetap berputar.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau.
Bagi-Mu seluruh semesta cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Subscribe to:
Posts (Atom)