Wednesday, November 29, 2006

Pudar Cahaya

Lalu diri terseret pada kehendakmu
dan jiwa menyayat di tiap lipatan malam
memburu semu madu - lebah di taman gersang-
tiadalah patut hati tergerus kecuali melebur fana

seluruhmu adalah hutang tak terbayar
sebagaimana budi tak terbalas
apatah layak berpaling?
sungguh menakjubkan

kelakarmu usang sudah
langkahmu buruk dan sia-sia
padahal semakin pudar cahaya
dan kau tak tahu detik mana yang datang bersama ajal

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....

Tuesday, November 28, 2006

Mula Cahaya

Bangun dari mimpi sadar
dan sesungguhnya memang sendiri
kecuali terlena
tiada engkau

dan sebagaimana setiap malam-malamku
tentu saja terpampang sudah
ketika bulan meringkuk dalam selimut malam
jiwaku mencurah pada jiwaku
hatiku meratap pada hatiku

sampai fajar menyapa diantara daun-daun berembun
menyentak ketergugahan
sesungguhnya tiada pernah terbagi
sejak tanah pertama

tiada kau dan tiada aku
hanya aku dan aku
pada saat yang sama
sejak mula cahaya

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....

Tuesday, November 21, 2006

Pijar Cahaya

Langit di atas kuburmu
biru membara
luas membahana
selalu demikian

Tanah di sisi wajahmu
hitam diam
memadat kelam
selalu demikian

Matahari bintang bulan
di atas nisan
merayap perlahan
selalu demikian

adakah jiwamu tenang ?
pijar cahaya kerap bertandang?
hingga dapat kau mengatakan
selalu demikian?

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....

Friday, November 17, 2006

Remang Cahaya

petiklah
kembang-kembang senja yang kau lihat
mekar kuntumnya di langit kemarin petang

semailah
harum wangi yang kau tangkap
dari semerbak fajar kemarin subuh

di pantai ombak
di tempat awan bercermin pada buih-buih ombak

di sudut mata yang diam-diam menangis
di sudut jiwa yang simpuh

apakah daya mu kini duhai diri...
bila kemarin berlalu sudah dan hari ini tak dapat kau gapai
telah remang cahaya

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....

Wednesday, November 15, 2006

Kelepak Cahaya

Harap yang tercerabut
itulah
kekal dalam lorong benakmu

satu per satu lenyap
menua dan reot
kulit?
jiwa juga?
hati pun tak luput?

demikianlah buih buih langit beruntuhan
luruh berserakan di permadani awan
atau bersembunyi ?
meresap hilang di balik dinding angin
yang menabiri
kelam
kelepak cahaya
samar

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....

Tuesday, November 14, 2006

Tebing Cahaya

duhai jiwa yang terpasung
apatah dunia telah menghasud
dan menghapus jejak di bilik-bilik langit
kini mengintip sembab dalam belenggu raga

bukanlah syahdu tak kerap menghimbau
juga khusyuk tak lagi menusuk
coba berdiam sejenak di surau
jangan di luar tetapi masuk

sudah di tebar pada sayap kunang-kunang
dan semerbak bulir padi masak
begitu pula tebing-tebing cahaya ketika senja
lalu mengapa masih meronta ?

Duha kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....

Friday, November 10, 2006

Seutuh Cahaya

pun sudah sombong
ketika separuh untukmu dan separuh untukNya
karena separuh untukmu semu

adalah semua milikNya
segalanya
seutuh cahaya

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....

Wednesday, November 08, 2006

Titipan Cahaya

dedaunan cemara berdendang menyibak senja
harapan yang lumut menanti kira
bawakan angin dalam cawan retak tak sanggup tegar memandang
dalam lukisan beku di sudut hati yang robek tergenang

lautanmu berlayar melintasi pulau-pulau sendiri sepi
dan bulan masih menenun malam
hati adalah pelabuhan keharibaan yang teronggok kosong menanti luap
pada kasih semesta

bila dapat bertanya pada jiwa yang berserah
hingga ajal mengkaji arti menyerah
sampai berpulang segala
titipan cahaya


Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....