mau mu adalah seperti mau mu ?
tetapi pernahkah mau mu berbincang dengan diri mu ?
sebagaimana diri mu bergantung pada mau mu ?
sebagaimana diri mu menuruti mau mu ?
sebagaimana mau mu menguasai diri mu ?
bukankah belum pasti mau mu adalah mau Nya ?
ataukah sudah yakin mau Nya niscaya mau mu ?
lalu mengapa dirimu bertindak semau mau mu ?
lalu kapankah dirimu berhenti semau mau mu ?
tahlil cahaya,
bisik kan bila perlu teriak kan
sentuh lah bila perlu hentak lah
hingga goyah seluruh mau mu
hingga bergelimpangan semua mau mu
hingga terlihat mau Nya di antara mau mau mu
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, May 31, 2006
Tuesday, May 30, 2006
Hilang Cahaya
Di sini kau dapati dirimu akar gelap yang sesak
menjalar-jalar menghisap jalang
merambah tak bertujuan
mencengkram tak bermakna
Hapus haus terumbu jiwa
menukar lara dengan nestapa
mendobrak kerak kerak serak
menjinjit ilalang semak
Janganlah karenanya dirimu berhenti disini
Karena dirimu tak terhenti hingga disana
Karena akar jalang sesak kerak
Karena serak semak akan menuai memuncak
Dan palung sukmamu terbakar diam hilang cahaya
....janganlah jangan
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
menjalar-jalar menghisap jalang
merambah tak bertujuan
mencengkram tak bermakna
Hapus haus terumbu jiwa
menukar lara dengan nestapa
mendobrak kerak kerak serak
menjinjit ilalang semak
Janganlah karenanya dirimu berhenti disini
Karena dirimu tak terhenti hingga disana
Karena akar jalang sesak kerak
Karena serak semak akan menuai memuncak
Dan palung sukmamu terbakar diam hilang cahaya
....janganlah jangan
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, May 26, 2006
Manunggal Cahaya
setiapnya berhembus melewati jantung
menggiring berjuta makna tak kunjung henti
merebakkan nuansa rindu terdalam tak terpuaskan
menggema ke segala sisi, mengalun di semua sudut, mendera seluruh jasad
jiwa jiwa mengambang laksana buih lautan
sukma sukma mengembangkan sayapnya bersama angin malam menuju bintang gemintang
pada akhirnya tanah adalah tanah, debu adalah debu, lenyap ditelan jaman...tak membekas
namun keabadian tetap di sana
menanti dalam kepastian untuk semua ketidakpastian
saat pudar seluruh cahaya
saat waktu menuang tetes terakhir dalam cawan semesta
saat segalanya maujud manunggal cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
menggiring berjuta makna tak kunjung henti
merebakkan nuansa rindu terdalam tak terpuaskan
menggema ke segala sisi, mengalun di semua sudut, mendera seluruh jasad
jiwa jiwa mengambang laksana buih lautan
sukma sukma mengembangkan sayapnya bersama angin malam menuju bintang gemintang
pada akhirnya tanah adalah tanah, debu adalah debu, lenyap ditelan jaman...tak membekas
namun keabadian tetap di sana
menanti dalam kepastian untuk semua ketidakpastian
saat pudar seluruh cahaya
saat waktu menuang tetes terakhir dalam cawan semesta
saat segalanya maujud manunggal cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Wednesday, May 17, 2006
Takdir Cahaya
Karenanya,
di ufuk langit hatimu
sesekali kunjungilah
...ya, tentu saja, bukan karena kau tidak mengerti tapi karena takut untuk menyelami
di fajar cakrawala jiwamu
sesekali jenguklah
...tidak, tentu saja, sebab kau merasa terpisah sedangkan sesungguhnya tak pernah ada keterpisahan
di petang nila temaram sukmamu
sesekali pandangilah
...sebelum semu semu mengunyah harapmu dan noda noda menggelapkan cerminmu kemudian kematian menghampirimu
Jarak, Ruang, Waktu bagai anai anai yang mengelilingi pandanganmu di gelap malam, sedangkan pelita dalam diri tiada pernah kau nyalakan, bahkan kau sentuh atau terlebih lagi jangan-jangan kau tidak pernah menyadari adanya takdir cahaya tersebut dalam dirimu ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
di ufuk langit hatimu
sesekali kunjungilah
...ya, tentu saja, bukan karena kau tidak mengerti tapi karena takut untuk menyelami
di fajar cakrawala jiwamu
sesekali jenguklah
...tidak, tentu saja, sebab kau merasa terpisah sedangkan sesungguhnya tak pernah ada keterpisahan
di petang nila temaram sukmamu
sesekali pandangilah
...sebelum semu semu mengunyah harapmu dan noda noda menggelapkan cerminmu kemudian kematian menghampirimu
Jarak, Ruang, Waktu bagai anai anai yang mengelilingi pandanganmu di gelap malam, sedangkan pelita dalam diri tiada pernah kau nyalakan, bahkan kau sentuh atau terlebih lagi jangan-jangan kau tidak pernah menyadari adanya takdir cahaya tersebut dalam dirimu ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Monday, May 15, 2006
Cahaya pada cahaya
Engkaulah Tiada pada keberadaan
Mengisi penuh kekosongan
Menjalari tiap sel darah berthawaf mengitari hati jasad
Melucuti tiap percik air berserakan di penjuru bumi
Engkaulah Cermin Maujud pada Keghaiban
Mendera deras keniscayaan
Mengiringi tiap tarikan nafas menghidupkan mahluk
Menyertai tiap sinar menerangi seluk selubung gelap
Engkaulah Cahaya pada cahaya
Mendekap hati raga dan jiwa
Meluruhkan semesta sukma
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Mengisi penuh kekosongan
Menjalari tiap sel darah berthawaf mengitari hati jasad
Melucuti tiap percik air berserakan di penjuru bumi
Engkaulah Cermin Maujud pada Keghaiban
Mendera deras keniscayaan
Mengiringi tiap tarikan nafas menghidupkan mahluk
Menyertai tiap sinar menerangi seluk selubung gelap
Engkaulah Cahaya pada cahaya
Mendekap hati raga dan jiwa
Meluruhkan semesta sukma
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, May 04, 2006
Pendulum Cahaya
sebagai dirimu jadilah diriku dalam diriNya
sebagai jiwaku jadilah jiwamu dalam jiwaNya
sebagai sukmamu jadilah sukmaku dalam sukmaNya
hati yang berayun ayun
angan yang berdentang dentang
moksa yang menggebu gebu
lalu suara dari kerumunan angin di padang asing
"hei, mengapa semakin tak berarti ?"
dan matamu sekilas binar, menjumput ruh yang berserakan
kau susun keping demi keping hingga mewujud pendulum cahaya
lalu suaramu menjawab lantang
"semakin tak berarti adalah halnya kehadiran kosong yang penuhi semesta"
maka kau mulai menanggalkan satu persatu
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sebagai jiwaku jadilah jiwamu dalam jiwaNya
sebagai sukmamu jadilah sukmaku dalam sukmaNya
hati yang berayun ayun
angan yang berdentang dentang
moksa yang menggebu gebu
lalu suara dari kerumunan angin di padang asing
"hei, mengapa semakin tak berarti ?"
dan matamu sekilas binar, menjumput ruh yang berserakan
kau susun keping demi keping hingga mewujud pendulum cahaya
lalu suaramu menjawab lantang
"semakin tak berarti adalah halnya kehadiran kosong yang penuhi semesta"
maka kau mulai menanggalkan satu persatu
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, May 02, 2006
Pelangi Cahaya
Kehidupan adalah satu yang berbilang
kemanunggalan yang jamak
kemanapun wajahmu menghadap....
Kerinduanpun adalah satu yang berbilang
kemajemukan yang manunggal
kemanapun hatimu menyerah....
semakin nyata dan terang ibarat pelangi cahaya
perbedaan berbeda ketika dibedakan
ada mengada ketika diadakan
diri lupa raga, lupa jiwa
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
kemanunggalan yang jamak
kemanapun wajahmu menghadap....
Kerinduanpun adalah satu yang berbilang
kemajemukan yang manunggal
kemanapun hatimu menyerah....
semakin nyata dan terang ibarat pelangi cahaya
perbedaan berbeda ketika dibedakan
ada mengada ketika diadakan
diri lupa raga, lupa jiwa
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Subscribe to:
Posts (Atom)