Wednesday, December 28, 2005
Pengantin Cahaya
bagai sayap-sayap fajar mendulang perak tembaga
tak ada misteri kehidupan yang lebih besar dan lebih indah dari kasih sayang
yang merubah kesunyian menjadi senandung
seperti bintang-bintang yang samar di langit malam
tidak untuk dikenali namun selalu hadir dimanapun jiwa berdiri memandang langit
yang merubah keheningan menjadi syahdu
diri telah menjelang dan kembali pada buaian
iring-iringan rindu menari perlahan menundukkan wajah yang elok tersipu
jejak kini akan merangkai beranda dan merenda mahlugai kembara
menyibak ombak dan menjalin kencana
memancar dari dalam sukma dan menyingkap rahasia hati kepada jiwa
hingga lebur dan kembali bermuara
pada syair ilahi pengantin cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
tak ada misteri kehidupan yang lebih besar dan lebih indah dari kasih sayang
yang merubah kesunyian menjadi senandung
seperti bintang-bintang yang samar di langit malam
tidak untuk dikenali namun selalu hadir dimanapun jiwa berdiri memandang langit
yang merubah keheningan menjadi syahdu
diri telah menjelang dan kembali pada buaian
iring-iringan rindu menari perlahan menundukkan wajah yang elok tersipu
jejak kini akan merangkai beranda dan merenda mahlugai kembara
menyibak ombak dan menjalin kencana
memancar dari dalam sukma dan menyingkap rahasia hati kepada jiwa
hingga lebur dan kembali bermuara
pada syair ilahi pengantin cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tungku Cahaya
adalah diriku musafir yang kehilangan, sehingga patut untuk kau tuntun
dan jiwaku, walau telah diberikan sayap namun kau tahu masih rapuh tuk terbang
lalu sukmaku yang meranggas, yang selalu dahaga , mendamba bersua murni tirta
sepenuhnya aku berpasrah...
sesungguhnya manusia tidak pernah berasal dari rahim ibunya dan tidak juga berakhir dalam rahim bumi
sesungguhnya bumi, bintang dan langit tidak pernah hilang bagi jiwa yang mencinta
bagiku, segalanya tidak pernah ada dan karenanya tidak akan hilang
sepenuhnya aku mandah...
kemarilah perlahan
mendekatlah untuk kurengkuh
semoga diri ini terbakar musnah dalam tungku cahaya...dan kembali murni
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya...
dan jiwaku, walau telah diberikan sayap namun kau tahu masih rapuh tuk terbang
lalu sukmaku yang meranggas, yang selalu dahaga , mendamba bersua murni tirta
sepenuhnya aku berpasrah...
sesungguhnya manusia tidak pernah berasal dari rahim ibunya dan tidak juga berakhir dalam rahim bumi
sesungguhnya bumi, bintang dan langit tidak pernah hilang bagi jiwa yang mencinta
bagiku, segalanya tidak pernah ada dan karenanya tidak akan hilang
sepenuhnya aku mandah...
kemarilah perlahan
mendekatlah untuk kurengkuh
semoga diri ini terbakar musnah dalam tungku cahaya...dan kembali murni
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya...
Wednesday, December 14, 2005
Gelora Cahaya
pada senyap-senyap langit petang merah tembaga
pada sunyi-sunyi angin malam lembut berdesir
pada hening embun fajar yang meluruh diam-diam
pada jiwa yang kehilangan
pada sukma terasing
pada raga kehilangan
pada kelelahan pengembaraan
.......padamu jua segalanya kembali
pada Gelora Cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
pada sunyi-sunyi angin malam lembut berdesir
pada hening embun fajar yang meluruh diam-diam
pada jiwa yang kehilangan
pada sukma terasing
pada raga kehilangan
pada kelelahan pengembaraan
.......padamu jua segalanya kembali
pada Gelora Cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Friday, December 02, 2005
Tahta Cahaya
engkau bermimpi tentang matahari di sela dedaunan hijau
melayang dirimu membentangkan jiwa menjangkau mayapada
ragamu melebur dengan butir-butir embun luruh ke bumi
semakin hilang jati diri menjadi kesatuan alam
sayapmu berkepak terbang semakin tinggi dan tinggi
hingga dapat kau rasakan hangatnya pancaran yang mampu melumatkan segala noda
hingga kau saksikan kilaunya tahta cahaya
semoga mimpimu menyata
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
melayang dirimu membentangkan jiwa menjangkau mayapada
ragamu melebur dengan butir-butir embun luruh ke bumi
semakin hilang jati diri menjadi kesatuan alam
sayapmu berkepak terbang semakin tinggi dan tinggi
hingga dapat kau rasakan hangatnya pancaran yang mampu melumatkan segala noda
hingga kau saksikan kilaunya tahta cahaya
semoga mimpimu menyata
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
Monday, November 21, 2005
Mimis Cahaya
Semburatmu selatan
berpendar angin menerbangkan serpihan jiwamu ke penjuru bumi
bagai muntahan mimis cahaya
sampai suatu saat kau temukan
dan hatimu merindukan
sejatimu yang tertinggal
nuranimu yang tenggelam
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
berpendar angin menerbangkan serpihan jiwamu ke penjuru bumi
bagai muntahan mimis cahaya
sampai suatu saat kau temukan
dan hatimu merindukan
sejatimu yang tertinggal
nuranimu yang tenggelam
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, November 18, 2005
Thursday, November 17, 2005
Lafal Cahaya
berkelok jalan ke puncak, meniti tebing, menggapai pijakan
mencapai nadir tiada berpangkal tiada berujung
meraih lingkar abadi mayapada
mengapa sungai berkelok menuju samudera
mengapa langit menaungi bumi sepanjang pandang
mengapa surya dan candra melingkar
mengapa jasad dan jiwa ?
adalah keharibaan maujud
adalah keesaan wujud
adalah lafal cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
mencapai nadir tiada berpangkal tiada berujung
meraih lingkar abadi mayapada
mengapa sungai berkelok menuju samudera
mengapa langit menaungi bumi sepanjang pandang
mengapa surya dan candra melingkar
mengapa jasad dan jiwa ?
adalah keharibaan maujud
adalah keesaan wujud
adalah lafal cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, November 16, 2005
Mizan Cahaya
telah menghampiri senja
memulas langit merah tembaga
di antara jiwa-jiwa centang-perenang di antara malakut dan mahsyar
berlomba merenda sukma, menjala hasrat dan menyuling raga
tidaklah patut menasbihkan diri
apatah tahu esok fajar kan menjelang?
karena langit merengkuh tanpa pesan, bumi meradang tanpa tanda
tinggallah jiwa dan mizan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
memulas langit merah tembaga
di antara jiwa-jiwa centang-perenang di antara malakut dan mahsyar
berlomba merenda sukma, menjala hasrat dan menyuling raga
tidaklah patut menasbihkan diri
apatah tahu esok fajar kan menjelang?
karena langit merengkuh tanpa pesan, bumi meradang tanpa tanda
tinggallah jiwa dan mizan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, November 15, 2005
Langgam Cahaya
dan jiwa adalah dawai yang lembut
dan semesta adalah irama petikan harpa yang harmoni
maka diamkan dirimu pada sunyi tak bertepi
maka tundukan hasratmu pada sepi tak berhujung
biarkanlah segalanya mengalir tanpa paksaan
dengarkanlah sayup gemericik sukmamu
lalu rasakanlah.....hingga memenuhi kedua telinga dan memenuhi semesta jasadmu
jiwa yang mengalun lembut dalam langgam cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
dan semesta adalah irama petikan harpa yang harmoni
maka diamkan dirimu pada sunyi tak bertepi
maka tundukan hasratmu pada sepi tak berhujung
biarkanlah segalanya mengalir tanpa paksaan
dengarkanlah sayup gemericik sukmamu
lalu rasakanlah.....hingga memenuhi kedua telinga dan memenuhi semesta jasadmu
jiwa yang mengalun lembut dalam langgam cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Monday, November 14, 2005
Kalam Cahaya
di hatimu masih tersimpan
di jiwamu masih tertanam
ketuklah perlahan dan ucapkan salam
sehingga terang berpendar perlahan
karena tak kan sanggup kau menahan indahnya nan menyilaukan
karena tubuh hanya daging tanah yang mudah kering terbakar api
biarkan sinarnya menyelimuti diri kelam
membasuh luka dan mengusap perih
agar semakin nyata bagi hati dan jiwa
guratan kalam cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
di jiwamu masih tertanam
ketuklah perlahan dan ucapkan salam
sehingga terang berpendar perlahan
karena tak kan sanggup kau menahan indahnya nan menyilaukan
karena tubuh hanya daging tanah yang mudah kering terbakar api
biarkan sinarnya menyelimuti diri kelam
membasuh luka dan mengusap perih
agar semakin nyata bagi hati dan jiwa
guratan kalam cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, November 11, 2005
Jerambang Cahaya
sepanjang hayat telah berkalang lara
sepanjang nyawa kerapkali mengayuh di lautan pedih, sendiri..
telah kutangisi semua segala
tanah-tanah kerontang, lembah-lembah tandus, gunung-gunung terkikis dan sungai mengering
pohon-pohon bergelimpangan, daun-daun layu menguning, langit kelam dan bumi meronta
telah pula kusaksikan semua segala
jiwa-jiwa kerdil meranggas, pikiran-pikiran picik membusuk dan sukma-sukma meregang
nafsu-nafsu mengangkang, hasrat-hasrat menerjang dan wajah-wajah kepalsuan
...betapa rinduku gemulai angin menerpa pucuk ranting dan ujung-ujung daun
bergemerisik di antara canda tawa lepas dan diri sejati murni
bagai gemerlap jerambang cahaya di atas rawa-rawa gelap, di pucuk-pucuk jiwa
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sepanjang nyawa kerapkali mengayuh di lautan pedih, sendiri..
telah kutangisi semua segala
tanah-tanah kerontang, lembah-lembah tandus, gunung-gunung terkikis dan sungai mengering
pohon-pohon bergelimpangan, daun-daun layu menguning, langit kelam dan bumi meronta
telah pula kusaksikan semua segala
jiwa-jiwa kerdil meranggas, pikiran-pikiran picik membusuk dan sukma-sukma meregang
nafsu-nafsu mengangkang, hasrat-hasrat menerjang dan wajah-wajah kepalsuan
...betapa rinduku gemulai angin menerpa pucuk ranting dan ujung-ujung daun
bergemerisik di antara canda tawa lepas dan diri sejati murni
bagai gemerlap jerambang cahaya di atas rawa-rawa gelap, di pucuk-pucuk jiwa
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, November 10, 2005
Panji Cahaya
Kelak, di penghujung waktu telah menanti
ketika tercencang raga dan jiwa
saat surya terberai dan cenderawarna padam
adalah hati yang gementar gementam sedangkan tiada handai tuk mengadu
dan gelap berbaris berlaskar-laskar
menutup langit bumi dengan gemuruh sunyi
sesungguhnya aku, kami, kamu, kalian, dia, mereka, tak berbeda
hanyalah hina di hadapan panji cahaya
maka sudahkah berkaca?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
ketika tercencang raga dan jiwa
saat surya terberai dan cenderawarna padam
adalah hati yang gementar gementam sedangkan tiada handai tuk mengadu
dan gelap berbaris berlaskar-laskar
menutup langit bumi dengan gemuruh sunyi
sesungguhnya aku, kami, kamu, kalian, dia, mereka, tak berbeda
hanyalah hina di hadapan panji cahaya
maka sudahkah berkaca?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, November 09, 2005
Pangkuan Cahaya
kembali kepada bumi
kembalikah untuk tersayat jerat-jerat ?
kilat cermin tiada memantul, kilat beliung tiada terlihat
jiwa selasih memadu bungah segala angan kerap membuncah
duhai jangan lagi
dan ingatlah akan kembali
kembali ke pangkuan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
kembalikah untuk tersayat jerat-jerat ?
kilat cermin tiada memantul, kilat beliung tiada terlihat
jiwa selasih memadu bungah segala angan kerap membuncah
duhai jangan lagi
dan ingatlah akan kembali
kembali ke pangkuan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, November 02, 2005
Takbir Cahaya
Kerinduanku kan menjelang
Takbir Cahaya
kuserahkan nyawa dan raga, sungguh manusia tiada daya upaya, semoga ridha
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Takbir Cahaya
kuserahkan nyawa dan raga, sungguh manusia tiada daya upaya, semoga ridha
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Tuesday, November 01, 2005
Pici Cahaya
Lalu nafsi
kapankah diri kan sadari
caping gelap atau pici cahaya ?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
kapankah diri kan sadari
caping gelap atau pici cahaya ?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Monday, October 31, 2005
Doa Cahaya
Dengan nama MU Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku.
Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”
Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”
Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”
“...dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”
(Doa Rasulullah SAW)
Duhai Kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Friday, October 28, 2005
Sepi Cahaya
langit yang mengintip di sisi-sisi jendela
menjangkau pandang dalam remang kamar yang sepi cahaya
hati yang memar dan kesadaran yang lebam
menumpuk di setiap sudut kamar di antara jejaring tua laba-laba yang penuh debu
kehidupan telah menggiring jisim menjadi getas dan mudah terbakar
menipis dan semakin hilang sudah elok paras di awal kelopak bermekaran di awal musim
sedangkan karat dan carut pada jiwamu bahkan lebih dalam dan gelap
....lalu hening , angin kelam menusuk diam diam
menjerat nyali - menjegal nyala
lalu kehidupan hilang, dalam remang kamar yang sepi cahaya
maukah?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
menjangkau pandang dalam remang kamar yang sepi cahaya
hati yang memar dan kesadaran yang lebam
menumpuk di setiap sudut kamar di antara jejaring tua laba-laba yang penuh debu
kehidupan telah menggiring jisim menjadi getas dan mudah terbakar
menipis dan semakin hilang sudah elok paras di awal kelopak bermekaran di awal musim
sedangkan karat dan carut pada jiwamu bahkan lebih dalam dan gelap
....lalu hening , angin kelam menusuk diam diam
menjerat nyali - menjegal nyala
lalu kehidupan hilang, dalam remang kamar yang sepi cahaya
maukah?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, October 27, 2005
Ufuk Cahaya
Telah di ilhamkan pada hasratmu
sungai mewangi yang madu atau parit membusuk yang ular
tentu saja
memilih tidak semudah sebagaimana yang tampak bagi mata dagingmu
untuk setiapnya tabir yang berkebalikan
dan sebaikbaiknya bekal untukmu adalah kesabaran
.... semoga engkau mengetahui
adalah ufuk cahaya bahkan bagi kegelapan yang paling
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sungai mewangi yang madu atau parit membusuk yang ular
tentu saja
memilih tidak semudah sebagaimana yang tampak bagi mata dagingmu
untuk setiapnya tabir yang berkebalikan
dan sebaikbaiknya bekal untukmu adalah kesabaran
.... semoga engkau mengetahui
adalah ufuk cahaya bahkan bagi kegelapan yang paling
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, October 26, 2005
Praja Cahaya
mengapa kerap kau tersedak kerdak
lagi teramat kesumat
hidup ini bagai biji kesumba
dan semua yang kau kenal sesungguhnya hanya lelakon
muda, madya dan purna pun mati
tidakkah pernah datang padamu maklumat
atau telah buta jiwamu dan mandah pada dunia mancawarna
.... betapa malang, tiadakah rindumu tuk berpulang ke praja cahaya?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
lagi teramat kesumat
hidup ini bagai biji kesumba
dan semua yang kau kenal sesungguhnya hanya lelakon
muda, madya dan purna pun mati
tidakkah pernah datang padamu maklumat
atau telah buta jiwamu dan mandah pada dunia mancawarna
.... betapa malang, tiadakah rindumu tuk berpulang ke praja cahaya?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, October 25, 2005
Kembang Cahaya
hei, hinggaplah sesukamu duhai kupu-kupu
hei, menarilah seindah sayapmu duhai kupu-kupu
hei, alangkah menawannya kini
hanya jangan lupa dahulu kau adalah ulat yang menjijikkan
hanya jangan lupa dahulu kau adalah jisim yang berkeremut
duhai jangan lupa dahulu....
maka pandangilah dan dekatilah sebelum usia pendekmu menjelang
mendekatlah selalu di sisi kelopak yang bermekar penuh , di taman kembang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
hei, menarilah seindah sayapmu duhai kupu-kupu
hei, alangkah menawannya kini
hanya jangan lupa dahulu kau adalah ulat yang menjijikkan
hanya jangan lupa dahulu kau adalah jisim yang berkeremut
duhai jangan lupa dahulu....
maka pandangilah dan dekatilah sebelum usia pendekmu menjelang
mendekatlah selalu di sisi kelopak yang bermekar penuh , di taman kembang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Monday, October 24, 2005
Tangga Cahaya
suatu ketika , bahwa segalanya mengalami kehilangan
dan semua nafsu yang berdalih atas nama nurani
dan semua hasrat yang bersembunyi dibalik topeng lahiriah
menjadi kebinasaan yang menggerus perlahan jiwa, ....habis dan terkikis
ingatkan selalu pada maghrib yang akan menjelang
ketika habis masa perjanjian yang telah tertulis sebelum bumi
ingatkan selalu pada lautan langit yang tetap menanti
ketika usai sudah waktu yang diberi bagi hati memintal tangga cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dan semua nafsu yang berdalih atas nama nurani
dan semua hasrat yang bersembunyi dibalik topeng lahiriah
menjadi kebinasaan yang menggerus perlahan jiwa, ....habis dan terkikis
ingatkan selalu pada maghrib yang akan menjelang
ketika habis masa perjanjian yang telah tertulis sebelum bumi
ingatkan selalu pada lautan langit yang tetap menanti
ketika usai sudah waktu yang diberi bagi hati memintal tangga cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, October 21, 2005
Sungai Cahaya
ampunilah...
jangan benamkan wajah kami ke dalam api yang melebihi berjuta mentari panas
jangan kenakan pada kami pakaian yang tersulam dari percikan api
tetapkanlah bagi kami dalam qadha dan qadar
yang tiada sanggup apapun menolak dan merubahnya
tuk tenggelam dalam sungai cahaya yang menyejukkan lagi penuh madu dan kekal...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
jangan benamkan wajah kami ke dalam api yang melebihi berjuta mentari panas
jangan kenakan pada kami pakaian yang tersulam dari percikan api
tetapkanlah bagi kami dalam qadha dan qadar
yang tiada sanggup apapun menolak dan merubahnya
tuk tenggelam dalam sungai cahaya yang menyejukkan lagi penuh madu dan kekal...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, October 20, 2005
Misteri Cahaya
padang bulan di atas pematang jiwa yang malam-malam kesepian
membentangkan sinar redup
adalah suatu ketika pada ceruk kesendirian
ketika pertanyaan berulang dan menggema senyap
dan sejenak sukmamu hadir diantara kelepak sayap burung di kejauhan
sayup dan syahdu melintasi bulan malam mengitari pematang
seluruh kehidupan lalu di sekilas pandangan
dan sesunggguhnya dunia adalah tempat asing dan gelap bagi hati yang berharap
padang bulan pudar sudah , malam pun mulai mengulung kelam dan bersimpuh menanti ketukan fajar
jiwaku yang pematang malam-malam kesepian telah kehilangan
makna misteri cahaya pada mata buta , telinga tuli dan hati batu.
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
membentangkan sinar redup
adalah suatu ketika pada ceruk kesendirian
ketika pertanyaan berulang dan menggema senyap
dan sejenak sukmamu hadir diantara kelepak sayap burung di kejauhan
sayup dan syahdu melintasi bulan malam mengitari pematang
seluruh kehidupan lalu di sekilas pandangan
dan sesunggguhnya dunia adalah tempat asing dan gelap bagi hati yang berharap
padang bulan pudar sudah , malam pun mulai mengulung kelam dan bersimpuh menanti ketukan fajar
jiwaku yang pematang malam-malam kesepian telah kehilangan
makna misteri cahaya pada mata buta , telinga tuli dan hati batu.
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, October 19, 2005
Sejuta Cahaya
berikan pada semua angan
yang terselip di antara kerutan dahi menua
berikan pada semua nyanyi
yang tercekat di kerongkongan bertahun
berikan pada semua harap
yang tergantung di ujung langit benak
berikan pada semua takut
yang mencengkeram di sekat nyali
padahal bagi kesemuanya adalah hampa yang tak terbilang
lantas dunia merajut hiasan yang menabiri
lalu apakah dibutuhkan sejuta cahaya mentari untukmu menyisiri sisi gelap?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
yang terselip di antara kerutan dahi menua
berikan pada semua nyanyi
yang tercekat di kerongkongan bertahun
berikan pada semua harap
yang tergantung di ujung langit benak
berikan pada semua takut
yang mencengkeram di sekat nyali
padahal bagi kesemuanya adalah hampa yang tak terbilang
lantas dunia merajut hiasan yang menabiri
lalu apakah dibutuhkan sejuta cahaya mentari untukmu menyisiri sisi gelap?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, October 18, 2005
Sumbu Cahaya
ya, bolehkah meminjam sebentar nyawa ?
betapa ingin kulihat kembali dunia
memandangi keagungan yang terlewatkan
menyaksikan kesyahduan yang terbelakangkan
mengucapkan syukur yang terlenakan
merenda zikir yang terlupakan
menyalakan sumbu cahaya yang terpadamkan
ya, bolehkah meminjam sebentar nyawa ?
betapa dingin kelam dan sunyi di sini , kini
andai.....
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
betapa ingin kulihat kembali dunia
memandangi keagungan yang terlewatkan
menyaksikan kesyahduan yang terbelakangkan
mengucapkan syukur yang terlenakan
merenda zikir yang terlupakan
menyalakan sumbu cahaya yang terpadamkan
ya, bolehkah meminjam sebentar nyawa ?
betapa dingin kelam dan sunyi di sini , kini
andai.....
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Monday, October 17, 2005
Sepucuk Cahaya
dan pandangilah betapa
kepingan-kepingan hati, serpihan-serpihan jiwa, telah membumbung , lalu pecah dan pendar
maka raga adalah jenazah yang berjalan di antara kehidupan
yang menyisakan tulang-belulang berderik merintih
yang membiarkan urat persendian rapuh dan perlahan meluruh
namun tiadalah manusia berkuasa walau setitik zarah
hingga janganlah berpaling dan memutus rahmah
karena telah pasti jaminan Sang Maha Pemurah
maka raga adalah jenazah yang dihidupkan kembali di antara kematian
sepucuk cahaya di belantara kegelapan
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
kepingan-kepingan hati, serpihan-serpihan jiwa, telah membumbung , lalu pecah dan pendar
maka raga adalah jenazah yang berjalan di antara kehidupan
yang menyisakan tulang-belulang berderik merintih
yang membiarkan urat persendian rapuh dan perlahan meluruh
namun tiadalah manusia berkuasa walau setitik zarah
hingga janganlah berpaling dan memutus rahmah
karena telah pasti jaminan Sang Maha Pemurah
maka raga adalah jenazah yang dihidupkan kembali di antara kematian
sepucuk cahaya di belantara kegelapan
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
Friday, October 14, 2005
Thursday, October 13, 2005
Pintu Cahaya
telah larut menjelang, bulan tua merambat di sela retakan cawan di depanku
lalu seperti biasa di musim penghujan, gerimis mulai mengetuk tanah
dan jangkrik-jangkrikpun terdiam, mungkin menepi ke balik rimbun dedaunan di ujung pagar
sepi setelahnya, hanya sayup suara detak jantung dan ricikan air selokan yang sampai ke telinga
aihh... usia yang semakin renta, sebagaimana dunia
andai terlahir kembali..., betapa sukma kini telah merapuh merentang lara
lirih angin menyadarkan dan mendinginkan benak yang terlunta sejenak
mungkin sudah saatnya berbenah, mematut diri sebelum mengetuk pintu cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
lalu seperti biasa di musim penghujan, gerimis mulai mengetuk tanah
dan jangkrik-jangkrikpun terdiam, mungkin menepi ke balik rimbun dedaunan di ujung pagar
sepi setelahnya, hanya sayup suara detak jantung dan ricikan air selokan yang sampai ke telinga
aihh... usia yang semakin renta, sebagaimana dunia
andai terlahir kembali..., betapa sukma kini telah merapuh merentang lara
lirih angin menyadarkan dan mendinginkan benak yang terlunta sejenak
mungkin sudah saatnya berbenah, mematut diri sebelum mengetuk pintu cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, October 12, 2005
Pelana Cahaya
kuda liar, berlarian di padang hati
dan bila sekali saja sudah terlihat olehmu
dan bila sekali saja pernah tergenggam olehmu
maka bersegeralah menungganginya karena sungguh cepat ia berlari dan hilang dari pandangan
maka bersegeralah kenakan padanya dan ikat sekencang-kencangnya sebuah pelana cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dan bila sekali saja sudah terlihat olehmu
dan bila sekali saja pernah tergenggam olehmu
maka bersegeralah menungganginya karena sungguh cepat ia berlari dan hilang dari pandangan
maka bersegeralah kenakan padanya dan ikat sekencang-kencangnya sebuah pelana cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, October 11, 2005
Gemuruh Cahaya
hai, telah berbukit-bukit pedih kau bangun dan kau hancurkan
dan telah juga beratus-ratus gerimis menghadirkan gelap ceruk sungai di bawah pelupukmu
namun penantianmu masih tak berujung , mengertikah ?
bukanlah buah penderitaan yang mestinya kau harapkan, melainkan akar kesabaran dengan dahan dan ranting kesadaran yang menjulang langit.
hai, jadi berhentilah kau mengeluh duhai pengembara jiwa yang terperangkap dunia
sungguh demikianlah jalan yang telah dilalui oleh leluhur para penempuh jalan langit
sungguh bila pohonmu telah kokoh dan rantingnya telah melukis awan dengan tinta angin
penantianmu kan berakhir...
....ketika langit terbelah dan gemuruh cahaya membawa arwahmu kembali
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dan telah juga beratus-ratus gerimis menghadirkan gelap ceruk sungai di bawah pelupukmu
namun penantianmu masih tak berujung , mengertikah ?
bukanlah buah penderitaan yang mestinya kau harapkan, melainkan akar kesabaran dengan dahan dan ranting kesadaran yang menjulang langit.
hai, jadi berhentilah kau mengeluh duhai pengembara jiwa yang terperangkap dunia
sungguh demikianlah jalan yang telah dilalui oleh leluhur para penempuh jalan langit
sungguh bila pohonmu telah kokoh dan rantingnya telah melukis awan dengan tinta angin
penantianmu kan berakhir...
....ketika langit terbelah dan gemuruh cahaya membawa arwahmu kembali
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, October 10, 2005
Cercah Cahaya
oh..ke sanakah ku kan kembali? atau ke sana?
mengapa begitu sukar menyalakan lentera dalam hati
sedangkan masa melewati kadang tanpa menyapa
oh..di sinikah akhirku kan kekal? atau di sini?
mengapa begitu mudah jiwa terbakar dunia
sedangkan ujung jalan perjalanan ini sudah mulai terlihat samar
oh..di situkah diriku berakhir? atau di situ?
andai saja cercah cahaya telah melintasi di awal usia
andai saja tak punah waktuku menggelimang dunia
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
mengapa begitu sukar menyalakan lentera dalam hati
sedangkan masa melewati kadang tanpa menyapa
oh..di sinikah akhirku kan kekal? atau di sini?
mengapa begitu mudah jiwa terbakar dunia
sedangkan ujung jalan perjalanan ini sudah mulai terlihat samar
oh..di situkah diriku berakhir? atau di situ?
andai saja cercah cahaya telah melintasi di awal usia
andai saja tak punah waktuku menggelimang dunia
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, October 07, 2005
Pemilik Cahaya
Hidup dan matiku.....kuserahkan telah
wahai Pemilik Cahaya
Duhai kekasih, datanglah seluruh cahaya....
wahai Pemilik Cahaya
Duhai kekasih, datanglah seluruh cahaya....
Thursday, October 06, 2005
Irama Cahaya
Ya...., petikan senar dawai harpa itu berasal dari lubuk jiwamu.
Di lembah yang kekal dari goresan & hunjaman dunia, di pantai pasir putih perawan, di pematang-pematang sunyi tempat tidur para petani, di serambi - serambi awan putih bersih....di dalam hatimu.
Dengarkan nadanya yang lembut, sebagaimana dahulu ragamu terlahir
Perhatikan getarannya yang jernih, sebagaimana dahulu sukmamu terlahir
Kemudian, berpeganglah erat-erat. Semoga irama cahaya membawamu kembali
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Di lembah yang kekal dari goresan & hunjaman dunia, di pantai pasir putih perawan, di pematang-pematang sunyi tempat tidur para petani, di serambi - serambi awan putih bersih....di dalam hatimu.
Dengarkan nadanya yang lembut, sebagaimana dahulu ragamu terlahir
Perhatikan getarannya yang jernih, sebagaimana dahulu sukmamu terlahir
Kemudian, berpeganglah erat-erat. Semoga irama cahaya membawamu kembali
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, October 05, 2005
Muram Cahaya
"timang-timang seluar beludru, sungguh malang sasar jiwaku
hendak pulang sukar bertemu, telah datang makar sukmaku...duhai..telah datang makar sukmaku...."
...terdengar dari kejauhan, senyap dan lirih, tembang muram cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
hendak pulang sukar bertemu, telah datang makar sukmaku...duhai..telah datang makar sukmaku...."
...terdengar dari kejauhan, senyap dan lirih, tembang muram cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, October 04, 2005
Bening Cahaya
dan tak kan pernah usai iringan riak-riak awan menutupi langit
namun mestinya keindahan langit tetap terjaga dalam pandangan
dan tak kan pernah jera anak-anak sungai meluapkan keruh pada samudera
namun layaknya keperkasaan lautan tetap terengkuh dalam kerinduan
dan tak kan pernah habis panah-panah dunia menghunjamkan angkara pada jiwa
namun harusnya kelapangan jiwa tetap memancarkan bening cahaya
....dapatkah hati yang selesai?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
namun mestinya keindahan langit tetap terjaga dalam pandangan
dan tak kan pernah jera anak-anak sungai meluapkan keruh pada samudera
namun layaknya keperkasaan lautan tetap terengkuh dalam kerinduan
dan tak kan pernah habis panah-panah dunia menghunjamkan angkara pada jiwa
namun harusnya kelapangan jiwa tetap memancarkan bening cahaya
....dapatkah hati yang selesai?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, October 03, 2005
Bulan Cahaya
betapa rindu ku menanti
berapa purnama telah terlewati
semoga ajal masih menanti
berapa purnama masih terbagi
datanglah bulan cahaya penjemput hati
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
berapa purnama telah terlewati
semoga ajal masih menanti
berapa purnama masih terbagi
datanglah bulan cahaya penjemput hati
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Friday, September 30, 2005
Selongsong Cahaya
genderang mulai tertabuh
sayup sayup di penghujung subuh
jiwa terdiam bersimpuh
hati yang keras meluruh
sesaat sebelum fajar merengkuh
dan kembali pada dunia yang keruh
sepasang kunang-kunang agar kau taruh
agar menari dan berdendang dalam hati yang lusuh
menjemput selongsong cahaya yang rindu terbasuh
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sayup sayup di penghujung subuh
jiwa terdiam bersimpuh
hati yang keras meluruh
sesaat sebelum fajar merengkuh
dan kembali pada dunia yang keruh
sepasang kunang-kunang agar kau taruh
agar menari dan berdendang dalam hati yang lusuh
menjemput selongsong cahaya yang rindu terbasuh
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, September 29, 2005
Redup Cahaya
sebutir pasir di dalam genggaman
halus terasa samar terduga
hidup melangkah dari waktu ke waktu meninggalkan segala yang tersisa
samar terduga hingga saatnya tiba melepas raga merenggut nyawa
telaga jiwa yang semakin kering membuatmu sulit menimba
halus terasa hingga tiba meronta dahaga mencengkeram sukma
dirimu, sebutir pasir dalam genggaman, telah redup cahaya, halus terasa samar terduga
Duhai kekasih , melimpahlah seluruh cahaya...
halus terasa samar terduga
hidup melangkah dari waktu ke waktu meninggalkan segala yang tersisa
samar terduga hingga saatnya tiba melepas raga merenggut nyawa
telaga jiwa yang semakin kering membuatmu sulit menimba
halus terasa hingga tiba meronta dahaga mencengkeram sukma
dirimu, sebutir pasir dalam genggaman, telah redup cahaya, halus terasa samar terduga
Duhai kekasih , melimpahlah seluruh cahaya...
Wednesday, September 28, 2005
Gemilang Cahaya
Kemuning layu di pelupuk mata
ranting -ranting cemara, kecil dan melapuk sebagai pengikat kedua alismu
kian memudar segala impian yang memenuhi benak dan istana angan
terburai perlahan seperti bunga ilalang tertiup angin di tengah musim kemarau
sangkala menunggu waktu bersenandung di balik langit tinggi
ketika kehidupan adalah lubang hitam menganga yang kehilangan makna
ketika segenap jiwa kehilangan gemilang cahaya
tolong percikan sedikit air yang basahi kering kerongkongan merongrong
sedikit kesadaran yang melompat jauh lebih di butuhkan dari seribu sujud hampa
sudahkah?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
ranting -ranting cemara, kecil dan melapuk sebagai pengikat kedua alismu
kian memudar segala impian yang memenuhi benak dan istana angan
terburai perlahan seperti bunga ilalang tertiup angin di tengah musim kemarau
sangkala menunggu waktu bersenandung di balik langit tinggi
ketika kehidupan adalah lubang hitam menganga yang kehilangan makna
ketika segenap jiwa kehilangan gemilang cahaya
tolong percikan sedikit air yang basahi kering kerongkongan merongrong
sedikit kesadaran yang melompat jauh lebih di butuhkan dari seribu sujud hampa
sudahkah?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, September 27, 2005
Kelebat Cahaya
siapa pula yang kau tuding?
hidupmu terhempas bebatuan karang
tercabik tebing-tebing terjal
siapa lagi yang kau tuduh?
jiwamu meranggas pucat pias
di renggut dan di campak kan tiada daya
duhai diri, bertautlah pasrah di rengkuh diri dan berhentilah menuding
duhai sukma, mengalunlah mandah di genggam sukma dan berhentilah menuduh
sungguh perjalanan ini hanya sejenak, kelebat cahaya di malam kelam
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
hidupmu terhempas bebatuan karang
tercabik tebing-tebing terjal
siapa lagi yang kau tuduh?
jiwamu meranggas pucat pias
di renggut dan di campak kan tiada daya
duhai diri, bertautlah pasrah di rengkuh diri dan berhentilah menuding
duhai sukma, mengalunlah mandah di genggam sukma dan berhentilah menuduh
sungguh perjalanan ini hanya sejenak, kelebat cahaya di malam kelam
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, September 26, 2005
Nurani Cahaya
aih, sudahlah sudah, sudah sudahilah..
sia-sia sudah tangan dan wajah menengadah, menadah-nadah
kemana saja kau dahulu mendedah, saat segalanya melimpah ruah mudah
saat akal dan jiwamu berlumuran dadah, hingga tertumpah semua darah merah- merah
beribu marah sumpah serapah kau perah, lupakah kau nasihat untuk merendah-rendah
menjelma serakah berbuah-buah, hingga jiwamu terbelah-belah, lupakah kau untuk mandah
...aih, sudahlah sudah, sudah sudahilah
kapankah tersisa waktu sebelum sukma berpindah
sebelum kubur merekah sebelum nurani cahaya musnah punah
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sia-sia sudah tangan dan wajah menengadah, menadah-nadah
kemana saja kau dahulu mendedah, saat segalanya melimpah ruah mudah
saat akal dan jiwamu berlumuran dadah, hingga tertumpah semua darah merah- merah
beribu marah sumpah serapah kau perah, lupakah kau nasihat untuk merendah-rendah
menjelma serakah berbuah-buah, hingga jiwamu terbelah-belah, lupakah kau untuk mandah
...aih, sudahlah sudah, sudah sudahilah
kapankah tersisa waktu sebelum sukma berpindah
sebelum kubur merekah sebelum nurani cahaya musnah punah
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, September 23, 2005
Lukisan Cahaya
jendela kecil di sudut layar, terlipat, terselip, tertutup, terterpa angin
ada di ujung lubukmu yang serupa, tersembunyi, terselubungi, ternoda, terendam kelam
maka bersegeralah rapihkan layarmu, bersihkan lubukmu
agar mudah kau melongok, menatap ke luar , memandang dunia, tanpa selubung, tanpa tertutup, langsung dari dalam diri
supaya jernih kau melihat, menyaksikan lukisan cahaya, tanpa bias, tanpa pendar, langsung dari dalam diri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
ada di ujung lubukmu yang serupa, tersembunyi, terselubungi, ternoda, terendam kelam
maka bersegeralah rapihkan layarmu, bersihkan lubukmu
agar mudah kau melongok, menatap ke luar , memandang dunia, tanpa selubung, tanpa tertutup, langsung dari dalam diri
supaya jernih kau melihat, menyaksikan lukisan cahaya, tanpa bias, tanpa pendar, langsung dari dalam diri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Thursday, September 22, 2005
Rahasia Cahaya
Apakah sesungguhnya kematian, selain telanjang, di tengah angin, serta luluh dalam sinar surya?
Dan apakah arti nafas berhenti, selain membebaskannya dari antara pasang dan surut ombak yang gelisah, sehingga bangkit mengembang lepas, tanpa rintangan menuju Ilahi.
Burung malam yang bermata kelam, dia yang buta terhadap siangnya hari, tiada mungkin membuka tabir rahasia cahaya.
Pabila engkau dengan sesungguh hati ingin menangkap hakikat kematian, bukalah hatimu selebar-lebarnya bagi ujud kehidupan.
Sebab kehidupan dan kematian adalah satu, sebagaimana sungai dan lautan adalah satu.
Mereguk air dari sungai keheningan, hanya dengan jalan demikian jiwamu akan menyanyi dalam kebahagiaan.
Dan di saat engkau meraih punak pegunungan, di situlah bermula saat pendakian.
Dan ketika bumi menuntut kembali jasad tubuhmu, tiba pula saatnya, bahwa tarian yang sesungguhnya mulai kau tarikan.
- Kahlil Gibran, Sang Nabi-
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Dan apakah arti nafas berhenti, selain membebaskannya dari antara pasang dan surut ombak yang gelisah, sehingga bangkit mengembang lepas, tanpa rintangan menuju Ilahi.
Burung malam yang bermata kelam, dia yang buta terhadap siangnya hari, tiada mungkin membuka tabir rahasia cahaya.
Pabila engkau dengan sesungguh hati ingin menangkap hakikat kematian, bukalah hatimu selebar-lebarnya bagi ujud kehidupan.
Sebab kehidupan dan kematian adalah satu, sebagaimana sungai dan lautan adalah satu.
Mereguk air dari sungai keheningan, hanya dengan jalan demikian jiwamu akan menyanyi dalam kebahagiaan.
Dan di saat engkau meraih punak pegunungan, di situlah bermula saat pendakian.
Dan ketika bumi menuntut kembali jasad tubuhmu, tiba pula saatnya, bahwa tarian yang sesungguhnya mulai kau tarikan.
- Kahlil Gibran, Sang Nabi-
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, September 21, 2005
Sulaman Cahaya
...baiklah aku menjengukmu wahai diri
mari kita berbincang-bincang tentang hakikat yang terselubung di antara sulaman cahaya bintang langit malam. Ceriterakan kembali padaku tentang rumah yang terbagi di antara jiwa, sukma dan nafsu. Karena kau dan aku tahu waktuku hanya sejenak, sebelum fajar menjelang ,menebar jala, menjumput setiap kegelapan yang tersisa.
...kini biarkan aku mencoba memahami perkataanmu wahai diri
mengapa ranting-ranting patah dan dedaunan luruh sementara pohon tetap bertumbuh, mengapa sungai-sungai mengering dan bebukitan runtuh sementara ombak lautan tetap menepi, mengapa lebah berdatangan menghisap silih berganti dan kumbang melahap setiap kelopak sementara bunga-bunga tetap tersenyum
...lalu kemanakah harus kucari Sang Pemilik hakikat itu wahai diri
Yang menorehkan tinta pengetahuan pada setiap benih pohon yang terlahir, Yang mengguratkan takdir pada sungai, bukit , lautan dan gunung-gemunung, Yang mengilhami irama kehidupan pada lebah dan bunga -bunga bermekaran.
Sementara telah mulai menipis bekal waktuku, dan langit telah mulai memudar
....apakah masih tersisa waktu bagiku wahai diri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
mari kita berbincang-bincang tentang hakikat yang terselubung di antara sulaman cahaya bintang langit malam. Ceriterakan kembali padaku tentang rumah yang terbagi di antara jiwa, sukma dan nafsu. Karena kau dan aku tahu waktuku hanya sejenak, sebelum fajar menjelang ,menebar jala, menjumput setiap kegelapan yang tersisa.
...kini biarkan aku mencoba memahami perkataanmu wahai diri
mengapa ranting-ranting patah dan dedaunan luruh sementara pohon tetap bertumbuh, mengapa sungai-sungai mengering dan bebukitan runtuh sementara ombak lautan tetap menepi, mengapa lebah berdatangan menghisap silih berganti dan kumbang melahap setiap kelopak sementara bunga-bunga tetap tersenyum
...lalu kemanakah harus kucari Sang Pemilik hakikat itu wahai diri
Yang menorehkan tinta pengetahuan pada setiap benih pohon yang terlahir, Yang mengguratkan takdir pada sungai, bukit , lautan dan gunung-gemunung, Yang mengilhami irama kehidupan pada lebah dan bunga -bunga bermekaran.
Sementara telah mulai menipis bekal waktuku, dan langit telah mulai memudar
....apakah masih tersisa waktu bagiku wahai diri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, September 20, 2005
Ombak Cahaya
ketukan lembut sayap rama pada telinga
ketika bergumpal sudah penat memenuhi cawan-cawan darah yang kering
atas hasrat dan kegusaran yang menelikung sukma yang menoreh noda pekat lagi legam
dapatkah kau dengar?
pancaran samar tarian kunang-kunang pada mata
ketika mengonggok sudah pedih meluapi batas-batas lautan sabar
atas harap dan kegetiran yang mencengkeram akal yang menggilas segala nalar
dapatkah kau lihat?
sungguh kematian tidak berpihak, sungguh kegalauan tidak menjerat, bila dirimu telah melebur dengan dirimu, menepis risau, menghalau lara, mabuk & tenggelam dalam ombak cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
ketika bergumpal sudah penat memenuhi cawan-cawan darah yang kering
atas hasrat dan kegusaran yang menelikung sukma yang menoreh noda pekat lagi legam
dapatkah kau dengar?
pancaran samar tarian kunang-kunang pada mata
ketika mengonggok sudah pedih meluapi batas-batas lautan sabar
atas harap dan kegetiran yang mencengkeram akal yang menggilas segala nalar
dapatkah kau lihat?
sungguh kematian tidak berpihak, sungguh kegalauan tidak menjerat, bila dirimu telah melebur dengan dirimu, menepis risau, menghalau lara, mabuk & tenggelam dalam ombak cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Rumpun Cahaya
duhai pencari sunyi
sebilah hati yang di pahat akan menjadi seruling bagi irama sejatimu
duhai pengelana sepi
segumpal jantung yang di kerat akan menjadi dawai-dawai harpa bagi senandung abadimu
duhai pengembara asing
seutas nyawa yang di lebur akan menjadi sumbu bagi lentera dalam genggaman rumpun cahaya
...berhentilah ...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
sebilah hati yang di pahat akan menjadi seruling bagi irama sejatimu
duhai pengelana sepi
segumpal jantung yang di kerat akan menjadi dawai-dawai harpa bagi senandung abadimu
duhai pengembara asing
seutas nyawa yang di lebur akan menjadi sumbu bagi lentera dalam genggaman rumpun cahaya
...berhentilah ...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Monday, September 19, 2005
Rahmat Cahaya
Sekarang dan tidak lagi menanti
mempadulah bayang jasad, leburlah segala harap, musnahlah kerling hasrat...diam
Nyanyian di pucuk-pucuk cemara, senandung kepak camar bercampur lirik ombak, tembang malam-malam sunyi
O..sukmaku, kerinduan telah mencengkeram hingga menyayat pembuluh-pembuluh batin, meradang dan berpeluh..menari-nari di antara rajaman perih menganga, menusuk sumsum tulang-tulang pucat
O..diri..sekarang dan tidak lagi menanti
meminta dengan sepenuh hati, agar rahmat cahaya menyelubungi
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
mempadulah bayang jasad, leburlah segala harap, musnahlah kerling hasrat...diam
Nyanyian di pucuk-pucuk cemara, senandung kepak camar bercampur lirik ombak, tembang malam-malam sunyi
O..sukmaku, kerinduan telah mencengkeram hingga menyayat pembuluh-pembuluh batin, meradang dan berpeluh..menari-nari di antara rajaman perih menganga, menusuk sumsum tulang-tulang pucat
O..diri..sekarang dan tidak lagi menanti
meminta dengan sepenuh hati, agar rahmat cahaya menyelubungi
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Saturday, September 17, 2005
Gemerlap Cahaya
Lihatlah, tandu jenazah telah menunggu dan tanah telah mulai di gali
kemudian berbaringlah tiada daya dan bertumpulah pada pahatan jiwamu
sesungguhnya tiada keindahan selain berjumpa dengan Sang kekasih
setelah segala pedih dan lara yang mendera, setelah kering air mata kesabaran dan lunglai hati mengembara
Oh, jiwa..
Lihatlah, tandu jenazah telah di usung dan lubang telah tergali
kemudian berbaringlah, apakah gelap temaram ataukah gemerlap cahaya, tidurmu kan melalui waktu
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
kemudian berbaringlah tiada daya dan bertumpulah pada pahatan jiwamu
sesungguhnya tiada keindahan selain berjumpa dengan Sang kekasih
setelah segala pedih dan lara yang mendera, setelah kering air mata kesabaran dan lunglai hati mengembara
Oh, jiwa..
Lihatlah, tandu jenazah telah di usung dan lubang telah tergali
kemudian berbaringlah, apakah gelap temaram ataukah gemerlap cahaya, tidurmu kan melalui waktu
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, September 16, 2005
Selaksa Cahaya
Datang pada keterbatasan panca indra
Tiada keluluhan yang dapat menghentak langit-langit hati
Tiada kepedihan yang mampu menggoyang pilar-pilar jiwa
Namun pada keterbatasan jua sukma berharap kan meremuk-redamkan tiap ranting angan dunia yang melambai yang sesungguhnya kerap bersembunyi di balik berjuta kedok
Hingga ruh melepas setiap jeruji belenggunya, terbang , menukik, berkelok , mengepakkan sayap-sayap mutiaranya dan berhamburanlah selaksa cahaya dalam dekapan Jibril
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tiada keluluhan yang dapat menghentak langit-langit hati
Tiada kepedihan yang mampu menggoyang pilar-pilar jiwa
Namun pada keterbatasan jua sukma berharap kan meremuk-redamkan tiap ranting angan dunia yang melambai yang sesungguhnya kerap bersembunyi di balik berjuta kedok
Hingga ruh melepas setiap jeruji belenggunya, terbang , menukik, berkelok , mengepakkan sayap-sayap mutiaranya dan berhamburanlah selaksa cahaya dalam dekapan Jibril
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Thursday, September 15, 2005
Purnama Cahaya
Jernih lagi mempesona
Benih lahir, tumbuh menjadi pohon , semula lembut menjadi kaku , kemudian menua, kering dan mati
Sabit bulan, menjadi tandan-tandan menuju purnama sesuai waktunya, semula redup menjadi terang, kemudian menua dan redup kembali
Bening lagi mengagumkan
Betapa segalanya menuai waktu, yang lembut kan menjadi kaku , yang terang kan menjadi gelap, duhai alangkah merugi bila terlena
sebelum hilang purnama cahaya dan sebelum kaku menggantikan lembut hati, adakah jiwa bersaksi...
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Benih lahir, tumbuh menjadi pohon , semula lembut menjadi kaku , kemudian menua, kering dan mati
Sabit bulan, menjadi tandan-tandan menuju purnama sesuai waktunya, semula redup menjadi terang, kemudian menua dan redup kembali
Bening lagi mengagumkan
Betapa segalanya menuai waktu, yang lembut kan menjadi kaku , yang terang kan menjadi gelap, duhai alangkah merugi bila terlena
sebelum hilang purnama cahaya dan sebelum kaku menggantikan lembut hati, adakah jiwa bersaksi...
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, September 14, 2005
Buta Cahaya
lingkar lingkar pembuluh bambu
retak retak tulang bajing
ikrar ingkar suluh perindu
rusak semak kalang berbaring
suluh gemetar tali peraju
kalang berbaring tanpa merasa
sungguh pintar diri menipu
lekang menyaring buta cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
retak retak tulang bajing
ikrar ingkar suluh perindu
rusak semak kalang berbaring
suluh gemetar tali peraju
kalang berbaring tanpa merasa
sungguh pintar diri menipu
lekang menyaring buta cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, September 13, 2005
Jejak Cahaya
lembar demi lembar yang tercatat tiada kan pernah terlewat terletak di balik langit
sementara kesadaranmu melemah, menginjak jiwa hingga tak mampu bersuara
masihkah mengingkari hari hari dengan angkuh, ketika awan pucat gemetar, berdengung, menggiring guntur menghantam kencang
kau hanyalah tamu dalam perjalanan sejenak ini dan kan kembali, sungguh mudah jiwa terlupa,sungguh lalai diri terlena
mumpung......., nyalakanlah, agar mudah dikenali ketika gelap menghampar, sebagai jalan kembali, sebagai jejak cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sementara kesadaranmu melemah, menginjak jiwa hingga tak mampu bersuara
masihkah mengingkari hari hari dengan angkuh, ketika awan pucat gemetar, berdengung, menggiring guntur menghantam kencang
kau hanyalah tamu dalam perjalanan sejenak ini dan kan kembali, sungguh mudah jiwa terlupa,sungguh lalai diri terlena
mumpung......., nyalakanlah, agar mudah dikenali ketika gelap menghampar, sebagai jalan kembali, sebagai jejak cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, September 12, 2005
Sabuk Cahaya
riak-riak yang pendar pada arus sungai mengalir
sejauh langit membentang , awan berarak mengikuti jejak angin
rerumputan hijau menghampar berhias bilur bilur putih ribuan tangkai ilalang
barisan pohon-pohon nyiur menjaga pantai, teguh berdiri hingga lapuk menjelang
adalah jiwa yang merentang dalam tubuh yang alam, pernahkah terpikir?
Kesombongan telah menghancurkan, meretas meregang, jubahmu terburai ...dan kau telanjang ..ketika terlepas dari ikatan sabuk cahaya, oh..tetapi masihkah tiada malu?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sejauh langit membentang , awan berarak mengikuti jejak angin
rerumputan hijau menghampar berhias bilur bilur putih ribuan tangkai ilalang
barisan pohon-pohon nyiur menjaga pantai, teguh berdiri hingga lapuk menjelang
adalah jiwa yang merentang dalam tubuh yang alam, pernahkah terpikir?
Kesombongan telah menghancurkan, meretas meregang, jubahmu terburai ...dan kau telanjang ..ketika terlepas dari ikatan sabuk cahaya, oh..tetapi masihkah tiada malu?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, September 09, 2005
Butir Cahaya
lihat, ketika tetes hujan terakhir luruh ke bumi yang tua...
dengar, ketika daun terakhir bergemeratak ranggas menguning...
rasakan, ketika angin terakhir lemah merangkak...
...ketika butir cahaya terakhir menerjang gelap...
kau masih termangu???
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dengar, ketika daun terakhir bergemeratak ranggas menguning...
rasakan, ketika angin terakhir lemah merangkak...
...ketika butir cahaya terakhir menerjang gelap...
kau masih termangu???
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, September 08, 2005
Atap Cahaya
Langit begitu indah dan agung. Tuhan pun berfirman, hadapkan wajahmu kesana, mengenai atap cahaya ini, jangan puas dengan sekali lihat. Lihatlah berulang-ulang....Lihatlah: adakah yang cacat?
Kemudian Dia kembali berfirman , lihatlah : kamu lihatlah lagi atap cahaya nan cemerlang ini, telitilah apakah kau temukan cacat? sehinga kau mengerti...kau mengerti...berapa banyak kearifan diperlukan di bumi yang gelap ini....
-Jalaluddin Rumi-
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya.....
Kemudian Dia kembali berfirman , lihatlah : kamu lihatlah lagi atap cahaya nan cemerlang ini, telitilah apakah kau temukan cacat? sehinga kau mengerti...kau mengerti...berapa banyak kearifan diperlukan di bumi yang gelap ini....
-Jalaluddin Rumi-
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, September 07, 2005
Sayup-sayup Cahaya
Tentang dunia yang semakin tua, bungkuk dan reyot
sementara hanya lapisan bedak luar yang tebal yang kau lihat
Tentang kematian yang memisahkan dan memutuskan semua kepemilikan
sementara hanya gundukan tanah luar yang sebentar kau pandang dan lekas terlupakan
Tentang kegelapan yang mencengkeram erat-erat pikiran, rasa dan hati
sementara hanya sayup-sayup cahaya telah membuatmu terlena tak berkesudahan
apakah tiada pernah terlintas?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
sementara hanya lapisan bedak luar yang tebal yang kau lihat
Tentang kematian yang memisahkan dan memutuskan semua kepemilikan
sementara hanya gundukan tanah luar yang sebentar kau pandang dan lekas terlupakan
Tentang kegelapan yang mencengkeram erat-erat pikiran, rasa dan hati
sementara hanya sayup-sayup cahaya telah membuatmu terlena tak berkesudahan
apakah tiada pernah terlintas?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tuesday, September 06, 2005
Tembus Cahaya
jika cermin hatimu menjadi terang dan jernih, tembus cahaya,
akan tampak padamu bayangan dibalik dunia ini.
kau akan melihat bayangan dan Sang pembuat bayangan itu,
keduanya adalah hamparan permadani rohani yang luas,
dan Yang Satu itu yang membentangkannya.
-Jalalludin Rumi-
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya......
akan tampak padamu bayangan dibalik dunia ini.
kau akan melihat bayangan dan Sang pembuat bayangan itu,
keduanya adalah hamparan permadani rohani yang luas,
dan Yang Satu itu yang membentangkannya.
-Jalalludin Rumi-
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya......
Monday, September 05, 2005
Tilam Cahaya
dan di kanan kirimu adalah dinding tanah yang mulai mengering
dan di sekelilingmu tiada kecuali hitam gelap pekat
dan kebekuan menyelimuti, dingin pula kaku
dan saat tiada penolong kecuali diri yang membawa guratan jiwa
dan ketika hanya tanah berkerikil keras sebagai alas, pupus harapan akan tilam cahaya
masihkah tak dapat terbayangkan?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dan di sekelilingmu tiada kecuali hitam gelap pekat
dan kebekuan menyelimuti, dingin pula kaku
dan saat tiada penolong kecuali diri yang membawa guratan jiwa
dan ketika hanya tanah berkerikil keras sebagai alas, pupus harapan akan tilam cahaya
masihkah tak dapat terbayangkan?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, September 01, 2005
Hampa Cahaya
Kemudian diri mengukur sepi , hanya sendiri
sayup-sayup suara angin menebar sunyi di jalan hati
belum usai pengembaraan yang mendaki justru awal mulai
ketika keranda berkarat besi menyelubungi
jiwamu kah itu, yang merintih, tak sanggup menyebrangi
jiwamu kah itu, yang tersesat, meniti gelap dalam hampa cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sayup-sayup suara angin menebar sunyi di jalan hati
belum usai pengembaraan yang mendaki justru awal mulai
ketika keranda berkarat besi menyelubungi
jiwamu kah itu, yang merintih, tak sanggup menyebrangi
jiwamu kah itu, yang tersesat, meniti gelap dalam hampa cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, August 31, 2005
Doa Cahaya
Dengan nama MU Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku.
Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”
Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”
Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”
“...dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”
(Doa Rasulullah SAW)
Duhai Kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku.
Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”
Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”
Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”
“...dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”
(Doa Rasulullah SAW)
Duhai Kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, August 30, 2005
Nyala Cahaya
Jika kesadaran berpasangan dengan kesadaran, nyala cahaya akan bertambah dan jalan menjadi terang
Tetapi jika binatang buas mendampingi sesamanya , kegelapan akan bertambah dan jalanpun menjadi gelap.
-Jalaluddin Rumi-
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya....
Tetapi jika binatang buas mendampingi sesamanya , kegelapan akan bertambah dan jalanpun menjadi gelap.
-Jalaluddin Rumi-
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, August 29, 2005
Panji Cahaya
tidaklah mudah menyisiri angin di balik lembah pekuburan gelap
sebagaimana diri menjerang harapan di tanah pasir tandus
ketika gumpalan awan yang bergidik, berusaha menyembunyikan pucat
dan aroma busuk yang tumpah berserakan di pelataran
jasad, seonggok tanah yang naif dan durhaka berkepanjangan
saatnya nanti.
akan lunglai dan gemetar di hadapan panji -panji cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
sebagaimana diri menjerang harapan di tanah pasir tandus
ketika gumpalan awan yang bergidik, berusaha menyembunyikan pucat
dan aroma busuk yang tumpah berserakan di pelataran
jasad, seonggok tanah yang naif dan durhaka berkepanjangan
saatnya nanti.
akan lunglai dan gemetar di hadapan panji -panji cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
Friday, August 26, 2005
Penanda Cahaya
Seperti bintang-bintang yang tak tampak, kecuali dari balik malam yang samar-samar
jiwa meletupkan kebenaran yang terbenam jauh di dasar lumpur hati
kadang mendengar, kadang menafikan, tetapi kesejatian adalah murni sejak pertama
tiada kegelisahan yang mencerca atau keraguan menimpa bila kebenaran telah terbuka
andai telah jatuh saatnya, ketika segala penjaga tiada berdaya
elegi dirimu, diriku, langit bumi dan seisinya tiada beda kecuali penanda cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
jiwa meletupkan kebenaran yang terbenam jauh di dasar lumpur hati
kadang mendengar, kadang menafikan, tetapi kesejatian adalah murni sejak pertama
tiada kegelisahan yang mencerca atau keraguan menimpa bila kebenaran telah terbuka
andai telah jatuh saatnya, ketika segala penjaga tiada berdaya
elegi dirimu, diriku, langit bumi dan seisinya tiada beda kecuali penanda cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Thursday, August 25, 2005
Kalimat Cahaya
Apakah kau memang memiliki ?
penglihatanmu adalah diberi
pendengaranmu pun adalah diberi
bahkan kau temui ada yang tidak terberi...
kedua tanganmu adalah diberi
kedua kakimu pun adalah diberi
bahkan kau temui ada yang tidak terberi...
hatimu adalah diberi
jantung dan darahmu pun adalah diberi
bahkan kau temui ada yang telah diminta kembali...
duh..masih gelapkah semua untukmu, tiada kah pernah datang dan terbetik kalimat cahaya ?
sungguh, bila ada yang merasa memiliki apa yang ada di dunia, sementara ia sesungguhnya tidak memiliki dirinya sendiri, duhai alangkah berat tipuan yang harus tertanggung...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
penglihatanmu adalah diberi
pendengaranmu pun adalah diberi
bahkan kau temui ada yang tidak terberi...
kedua tanganmu adalah diberi
kedua kakimu pun adalah diberi
bahkan kau temui ada yang tidak terberi...
hatimu adalah diberi
jantung dan darahmu pun adalah diberi
bahkan kau temui ada yang telah diminta kembali...
duh..masih gelapkah semua untukmu, tiada kah pernah datang dan terbetik kalimat cahaya ?
sungguh, bila ada yang merasa memiliki apa yang ada di dunia, sementara ia sesungguhnya tidak memiliki dirinya sendiri, duhai alangkah berat tipuan yang harus tertanggung...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, August 24, 2005
Selubung Cahaya
Hening sejenak dari deru putaran waktu dan lembutkanlah kelopak matamu
.....tenang...terdiam....menghampa.....sunyi.... sejuk....
adakah mulai terdengar walau sayup
ketika buih riak darahmu gemericik menerpa dan mengaliri segenap pembuluh-pembuluh nadi
adakah mulai terasa walau perlahan
ketika degup jantungmu menggema menggetarkan seluruh dada dan menyelimuti jasad
adakah mulai terlihat walau remang
ketika kedua mata menawang gelap terseret gelora warna warni selubung cahaya
...dan hati pun masih berpaling? duh..ampunilah...ampunilah..ampunilah...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
.....tenang...terdiam....menghampa.....sunyi.... sejuk....
adakah mulai terdengar walau sayup
ketika buih riak darahmu gemericik menerpa dan mengaliri segenap pembuluh-pembuluh nadi
adakah mulai terasa walau perlahan
ketika degup jantungmu menggema menggetarkan seluruh dada dan menyelimuti jasad
adakah mulai terlihat walau remang
ketika kedua mata menawang gelap terseret gelora warna warni selubung cahaya
...dan hati pun masih berpaling? duh..ampunilah...ampunilah..ampunilah...
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tuesday, August 23, 2005
Putik Cahaya
Heningmu tertahan di serambi
patut tersulam dahulu segala jiwa yang pernah terkoyak
agar kembali lebur dalam mahligai suci yang diberi, yang langit bumi tak sanggup meniti
agar hilang segala hati semak, bermekaran putik-putik cahaya dan diri layak menjejak
sudahkah memulai?
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya.....
patut tersulam dahulu segala jiwa yang pernah terkoyak
agar kembali lebur dalam mahligai suci yang diberi, yang langit bumi tak sanggup meniti
agar hilang segala hati semak, bermekaran putik-putik cahaya dan diri layak menjejak
sudahkah memulai?
Duhai kekasih melimpahlah seluruh cahaya.....
Monday, August 22, 2005
Permadani Cahaya
Bumi , Langit dan seisinya
adalah bagaimana mereka datang dan menemani, tidak berarti diam.
Api, Air, Angin dan Tanah
adalah bagaimana mereka melebur dan mewujud, tidak berarti bisu.
Gelap dan Terang
adalah bagaimana mereka menutup dan menghamparkan, permadani cahaya bagi jiwa, atas kesaksian alam
Kemanakah diri hendak bersembunyi ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
adalah bagaimana mereka datang dan menemani, tidak berarti diam.
Api, Air, Angin dan Tanah
adalah bagaimana mereka melebur dan mewujud, tidak berarti bisu.
Gelap dan Terang
adalah bagaimana mereka menutup dan menghamparkan, permadani cahaya bagi jiwa, atas kesaksian alam
Kemanakah diri hendak bersembunyi ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, August 19, 2005
Pangkuan Cahaya
Lubuk-lubuk terkekang dan ladang ilalang layu menguning
lembah hijau berpulang dan sungai kerontang mengering
ketika segala musnah menjadi remah, ketika sia-sia tangan dan wajah menengadah
ingatkah pada segala yang teraih, rindukah pada yang tersisih
kembalilah duhai diri, pulanglah duhai jiwa pada pangkuan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
lembah hijau berpulang dan sungai kerontang mengering
ketika segala musnah menjadi remah, ketika sia-sia tangan dan wajah menengadah
ingatkah pada segala yang teraih, rindukah pada yang tersisih
kembalilah duhai diri, pulanglah duhai jiwa pada pangkuan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Thursday, August 18, 2005
Mara Cahaya
saat meniti hasrat bersimbah nikmat merengkuh segala hormat dan harkat
adakah berikan secuil nyala sebagai obat atas semua laknat
ooo, jiwa yang sunyi, dimanakah diri melati yang selayaknya wangi
0uu, sukma nan lara, menangislah sebelum tertawa, sebelum tinggalkan mara cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
adakah berikan secuil nyala sebagai obat atas semua laknat
ooo, jiwa yang sunyi, dimanakah diri melati yang selayaknya wangi
0uu, sukma nan lara, menangislah sebelum tertawa, sebelum tinggalkan mara cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, August 16, 2005
Tombak Cahaya
Mustahil menggapai langit, bila jiwa tak terhunjam mengelupaskan dunia
....ampuni dan berikanlah kami sebilah tombak cahaya , andai berkenan
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
....ampuni dan berikanlah kami sebilah tombak cahaya , andai berkenan
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, August 15, 2005
Bisikan Cahaya
Tiada lelah bergumam, jutaan angin zikir berkelepak
Tiada lelah berjalan, ribuan sungai meniti hamparan sajadah bumi
sedangkan diri, harus menghela, kadang menunda, kadang meniada, kadang meronta
kesadaran yang tenggelam dalam dalam , sungguh sayup dan remang dari bisikan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tiada lelah berjalan, ribuan sungai meniti hamparan sajadah bumi
sedangkan diri, harus menghela, kadang menunda, kadang meniada, kadang meronta
kesadaran yang tenggelam dalam dalam , sungguh sayup dan remang dari bisikan cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Friday, August 12, 2005
Lembaran Cahaya
panggunggmu, pijakan retak di topang tiang rapuh telah berjuta abad
dan kau masih selalu saja mencoba menari, walau berjingkat
untaian manikam yang fana, namun pandangan telah buta menjelmakan nyata
sungguh kasihan..., adakah pernah berkaca?
mestinya sejak dahulu bertanya, kemanakah hilangnya lembaran cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dan kau masih selalu saja mencoba menari, walau berjingkat
untaian manikam yang fana, namun pandangan telah buta menjelmakan nyata
sungguh kasihan..., adakah pernah berkaca?
mestinya sejak dahulu bertanya, kemanakah hilangnya lembaran cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, August 11, 2005
Sejuk Cahaya
remah-remah diri berserakan di pelataran sujud
meruah harapan membentur dinding yang terbangun di atas gelimang gelap
tiada sandaran lagi layak, cukup keranda sunyi yang mungkin juga tak pantas
alangkah sesal menghentak kencang, tak berarti pada hati yang menggelepar enggan
ooo, jiwa....kapankah kan kau lepaskan semua
ooo, sukma...bilakah kau kan mulai merasa sejuk cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
meruah harapan membentur dinding yang terbangun di atas gelimang gelap
tiada sandaran lagi layak, cukup keranda sunyi yang mungkin juga tak pantas
alangkah sesal menghentak kencang, tak berarti pada hati yang menggelepar enggan
ooo, jiwa....kapankah kan kau lepaskan semua
ooo, sukma...bilakah kau kan mulai merasa sejuk cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, August 10, 2005
Rengkuh Cahaya
sayap-sayap sunyi merayap di dinding telinga
malam mulai menggelar selimut dingin di batas petang
biarkan, hening menyelusup menentang pikiran yang gaduh
biarkan, berjalan perlahan , menuntun hati buta nurani
hari berganti hari dan musim telah berganti musim melewati diri ringkih
tak pantas merenda harap di beranda remang
karena bagi sukma kembara, selalu ada rengkuh cahaya .....menemani
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
malam mulai menggelar selimut dingin di batas petang
biarkan, hening menyelusup menentang pikiran yang gaduh
biarkan, berjalan perlahan , menuntun hati buta nurani
hari berganti hari dan musim telah berganti musim melewati diri ringkih
tak pantas merenda harap di beranda remang
karena bagi sukma kembara, selalu ada rengkuh cahaya .....menemani
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Tuesday, August 09, 2005
Maha Cahaya
sudahkah jauh berjalan dan mendekati tepian?
sementara waktu mengejar tak letih tak menyerah
sejak saat menyata sumpah kepada langit dan bumi
sejak saat menggema ikrar kepada hidup dan mati
sedangkan kehidupan telah mengasingkan segala yang di ketahui dan di kenal
dan telah terserahkan segenap jiwa dan raga pada mabuk dunia
duh.., diri yang malang tiada tempat kau bersembunyi tuk kembali bersaksi
ketika segalanya sujud tunduk dan rapuh pada Maha cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
sementara waktu mengejar tak letih tak menyerah
sejak saat menyata sumpah kepada langit dan bumi
sejak saat menggema ikrar kepada hidup dan mati
sedangkan kehidupan telah mengasingkan segala yang di ketahui dan di kenal
dan telah terserahkan segenap jiwa dan raga pada mabuk dunia
duh.., diri yang malang tiada tempat kau bersembunyi tuk kembali bersaksi
ketika segalanya sujud tunduk dan rapuh pada Maha cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Monday, August 08, 2005
Awal Cahaya
pucuk-pucuk daun ketika rebah gemulai
menyingsing fajar yang menyapa seluruh permukaan bumi
geliat kepak sayap burung liar bermandikan angin
dan cerpelai berloncatan menyalami ranting-ranting yang masih tertidur
hawa sejuk embun yang mengering
dan semerbak tanah basah tersentuh sinar mentari
duhai, alangkah indahnya bila semua benar-benar bersemayam di hati
bukan hanya pola maya pula jejak semu di kedua bola mata
betapa harap tak kan pernah pupus, menimang asa tuk memurnikan kembali awal cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.......
menyingsing fajar yang menyapa seluruh permukaan bumi
geliat kepak sayap burung liar bermandikan angin
dan cerpelai berloncatan menyalami ranting-ranting yang masih tertidur
hawa sejuk embun yang mengering
dan semerbak tanah basah tersentuh sinar mentari
duhai, alangkah indahnya bila semua benar-benar bersemayam di hati
bukan hanya pola maya pula jejak semu di kedua bola mata
betapa harap tak kan pernah pupus, menimang asa tuk memurnikan kembali awal cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.......
Friday, August 05, 2005
Pancuran Cahaya
Musnah, segala sesuatu mewujud debu ... hilang terbawa angin..akhirnya
Kemarilah, kembalilah ....duhai bayang tirai gelap jiwa, basuhlah diri pada pancuran cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Kemarilah, kembalilah ....duhai bayang tirai gelap jiwa, basuhlah diri pada pancuran cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, August 04, 2005
Lorong Cahaya
duhai kedua bola mata pantas kah apa kau beri pandangan
duhai kedua telinga layak kah apa yang kau perdengarkan
duhai kedua belah tangan mestikah apa yang kau raba dan genggam
duhai kedua kaki haruskah apa yang kau jalankan
diri yang malang, sudahkah mematut lahir
hati yang lara, telah kah mengasah sukma
jiwa yang asing, kemana kau akan kembali
tidak kah telah jelas pemisah bagi gelap yang menyelimuti lorong cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
duhai kedua telinga layak kah apa yang kau perdengarkan
duhai kedua belah tangan mestikah apa yang kau raba dan genggam
duhai kedua kaki haruskah apa yang kau jalankan
diri yang malang, sudahkah mematut lahir
hati yang lara, telah kah mengasah sukma
jiwa yang asing, kemana kau akan kembali
tidak kah telah jelas pemisah bagi gelap yang menyelimuti lorong cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, August 03, 2005
Tilam Cahaya
telah lama rindu ingin menepi
mati, hidup, mati dan hidup lagi
sendiri sampan ini telah sarat muatan
tawa, tangis, tawa dan tangis lagi
arus kehidupan sungguh melelahkan dayung sampan
kayuh, diam, kayuh dan diam lagi
kepada tambat kasmaran harapanku tuk berlabuh
melepas sedih, menghela rindu, membuang tangis, menepis gundah
kapankah kan ku akhiri, bersama akhirnya, meneduh dan pulas pada tilam cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
mati, hidup, mati dan hidup lagi
sendiri sampan ini telah sarat muatan
tawa, tangis, tawa dan tangis lagi
arus kehidupan sungguh melelahkan dayung sampan
kayuh, diam, kayuh dan diam lagi
kepada tambat kasmaran harapanku tuk berlabuh
melepas sedih, menghela rindu, membuang tangis, menepis gundah
kapankah kan ku akhiri, bersama akhirnya, meneduh dan pulas pada tilam cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, August 02, 2005
Zarah Cahaya
sesungguhnya alam berbisik pada diri yang tenggelam, mengapa terlena?
sesungguhnya matahari, bulan dan bintang mengungkapkan wujudnya pada jiwa, mengapa terbuai?
sesungguhnya gunung, sungai dan lembah telah berkata-kata pada sukma, mengapa meragu?
tanyakan pada hati, sebutir zarah cahaya yang telah tersia-sia?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sesungguhnya matahari, bulan dan bintang mengungkapkan wujudnya pada jiwa, mengapa terbuai?
sesungguhnya gunung, sungai dan lembah telah berkata-kata pada sukma, mengapa meragu?
tanyakan pada hati, sebutir zarah cahaya yang telah tersia-sia?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, August 01, 2005
Kelopak Cahaya
sehingga merekah, memenuhi segenap jiwa dengan semerbak rindu
sehingga membunga, memenuhi segenap hati dengan warna-warna kemilau
kesemuanya merestui sayap-sayap yang tak nampak lembut merengkuh alam semesta
tak semestinya diri mengoyak kejernihan yang tulus
tak semestinya sukma menghempas kerinduan yang azali
sehingga merekah, kelopak cahaya menyinari menyelusup dalam-dalam di relung batin
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
sehingga membunga, memenuhi segenap hati dengan warna-warna kemilau
kesemuanya merestui sayap-sayap yang tak nampak lembut merengkuh alam semesta
tak semestinya diri mengoyak kejernihan yang tulus
tak semestinya sukma menghempas kerinduan yang azali
sehingga merekah, kelopak cahaya menyinari menyelusup dalam-dalam di relung batin
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, July 29, 2005
Doa Cahaya
Dengan nama MU Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku.
Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”
Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”
Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”
“...dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”
(Doa Rasulullah SAW)
Duhai Kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku.
Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”
Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”
Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”
“...dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”
(Doa Rasulullah SAW)
Duhai Kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Thursday, July 28, 2005
Benih Cahaya
apakah engkau bersama, ketika hujan turun membasahi daun-daun pucat dan tanah kering?
apakah engkau bersama, ketika guntur menggelegar menggema memenuhi tiap sudut dunia?
apakah engkau bersama, ketika malam menggelar sajadahnya dan bintang gemintang bertafakur?
apakah engkau bersama, ketika suara gemericik air mengaliri tiap jengkal bumi yang mulai layu?
apakah engkau bersama, ketika jiwa menatap diri dengan gelisah, derita berkepanjangan?
apakah engkau bersama, ketika hati bergetar merengkuh sejatinya yang tiada fana?
apakah engkau bersama, ketika benih cahaya mulai tumbuh dan menyejukkan gelap sukmamu ?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
apakah engkau bersama, ketika guntur menggelegar menggema memenuhi tiap sudut dunia?
apakah engkau bersama, ketika malam menggelar sajadahnya dan bintang gemintang bertafakur?
apakah engkau bersama, ketika suara gemericik air mengaliri tiap jengkal bumi yang mulai layu?
apakah engkau bersama, ketika jiwa menatap diri dengan gelisah, derita berkepanjangan?
apakah engkau bersama, ketika hati bergetar merengkuh sejatinya yang tiada fana?
apakah engkau bersama, ketika benih cahaya mulai tumbuh dan menyejukkan gelap sukmamu ?
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, July 27, 2005
Kosong Cahaya
Mengarungi setiap jeram tak terukur
Melintasi ladang dan pematang tak bertuan
Jiwa adalah perantau yang sepi sementara dunia adalah teman yang semu
Mendaki bukit dan gunung tak berkesudahan
Melayari sungai dan laut tak bertepi
Jiwa adalah yang kehilangan sementara dunia adalah keakraban yang menikam diam-diam
Menyusuri lembah dan pantai penghujung
Meniti hutan dan rimba gelap
Jiwa adalah ceruk yang membutuhkan sementara dunia adalah pemberi yang kosong cahaya
Duhai, sudikah hati menerima...
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Melintasi ladang dan pematang tak bertuan
Jiwa adalah perantau yang sepi sementara dunia adalah teman yang semu
Mendaki bukit dan gunung tak berkesudahan
Melayari sungai dan laut tak bertepi
Jiwa adalah yang kehilangan sementara dunia adalah keakraban yang menikam diam-diam
Menyusuri lembah dan pantai penghujung
Meniti hutan dan rimba gelap
Jiwa adalah ceruk yang membutuhkan sementara dunia adalah pemberi yang kosong cahaya
Duhai, sudikah hati menerima...
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Tuesday, July 26, 2005
Seruan Cahaya
Mari satu persatu berbarislah sebagaimana asal kisah
Tiada ruji tajam yang memenjarakan setiapnya
Tiada dinding tebal yang memisahkan setiapnya
...seperti di bumi ini
Mari satu persatu nyaringkanlah gema hati
Tiada kebungkaman yang membisukan setiapnya
Tiada kegelapan yang mencengkeram setiapnya
...seperti kehidupan fana ini
Sesungguhnya adalah bagimu dan bagiku setiapnya sama
Tertunduk takluk pada seruan cahaya
...adakah ....
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tiada ruji tajam yang memenjarakan setiapnya
Tiada dinding tebal yang memisahkan setiapnya
...seperti di bumi ini
Mari satu persatu nyaringkanlah gema hati
Tiada kebungkaman yang membisukan setiapnya
Tiada kegelapan yang mencengkeram setiapnya
...seperti kehidupan fana ini
Sesungguhnya adalah bagimu dan bagiku setiapnya sama
Tertunduk takluk pada seruan cahaya
...adakah ....
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, July 25, 2005
Lembayung Cahaya
Inikah diri yang dahulu, seperti ukiran langit
Inikah jiwa yang asal, layaknya janin mutiara dalam buaian kerang
Inikah sukma muara, seperti mata air jernih di lembah terasing
Suara berjuta dengung telah memekakkan telinga
Sinar berjuta terang telah membutakan mata
Hanya kepada kesejatian sauh terhunjam dalam-dalam,
Membiaslah lembayung cahaya pada segenap hati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Inikah jiwa yang asal, layaknya janin mutiara dalam buaian kerang
Inikah sukma muara, seperti mata air jernih di lembah terasing
Suara berjuta dengung telah memekakkan telinga
Sinar berjuta terang telah membutakan mata
Hanya kepada kesejatian sauh terhunjam dalam-dalam,
Membiaslah lembayung cahaya pada segenap hati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, July 22, 2005
Serak Cahaya
Pada pucat sembilu jiwa menengadah
Memandangi raga yang buyar di lintas masa , menyuarakan gema yang tertinggal purba
Duhai dunia, patutlah dirimu raja atas semua nafsu yang mencekik nurani
Aku bersemayam di serak cahaya yang tak pasti bertandang
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Memandangi raga yang buyar di lintas masa , menyuarakan gema yang tertinggal purba
Duhai dunia, patutlah dirimu raja atas semua nafsu yang mencekik nurani
Aku bersemayam di serak cahaya yang tak pasti bertandang
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, July 21, 2005
Danau Cahaya
Pegangi dahan itu
kemana pembuluh rotan melingkarkan raganya
Jangan urai akar yang terpendam
kemana sukma tertanam dalam-dalam memahatkan janjinya
Pergilah jauh-jauh
ke tempat dimana danau-danau cahaya memandikan bumi, menyucikan tanah
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
kemana pembuluh rotan melingkarkan raganya
Jangan urai akar yang terpendam
kemana sukma tertanam dalam-dalam memahatkan janjinya
Pergilah jauh-jauh
ke tempat dimana danau-danau cahaya memandikan bumi, menyucikan tanah
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, July 20, 2005
Jalan Cahaya
Berbisik pada diri jiwa yang nista
Mengalunlah segala suara dan kerlap-kerlip dunia
Di serambi malam aku menghitung
Di pintu fajar aku mendekap
Adakah saat penantian ku kan terungkap
...indahnya kembali menapak pada jalan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Mengalunlah segala suara dan kerlap-kerlip dunia
Di serambi malam aku menghitung
Di pintu fajar aku mendekap
Adakah saat penantian ku kan terungkap
...indahnya kembali menapak pada jalan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, July 19, 2005
Asal Cahaya
Kesejatian tidak dan tak akan pernah singgah
Keraguan mencumbu tiada henti hingga terlena
Ketika hati dan sukma menjadi budak raga
Sesungguhnya daging akan meleleh, tulang akan terurai dan darahmu mengering
Kesedihan bermula ketika diri menolak asal cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Keraguan mencumbu tiada henti hingga terlena
Ketika hati dan sukma menjadi budak raga
Sesungguhnya daging akan meleleh, tulang akan terurai dan darahmu mengering
Kesedihan bermula ketika diri menolak asal cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Monday, July 18, 2005
Cermin cahaya
Apa yang terlihat tidak harus terjelaskan
Segalanya adalah berjuta pantulan cermin cahaya
....pasti memudar
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Segalanya adalah berjuta pantulan cermin cahaya
....pasti memudar
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Friday, July 15, 2005
Pulasan Cahaya
Tidak tahu kemana berlayar dan dimana bersauh
bukan untuk mengenal tetapi di kenal
bukan untuk mengaku tetapi di aku
bukan untuk menjadi tetapi di jadikan
Pikiran dan hati usang bergemericik , lumpuh dalam pulasan cahaya
Duhai kekasih , melimpahlah seluruh cahaya....
bukan untuk mengenal tetapi di kenal
bukan untuk mengaku tetapi di aku
bukan untuk menjadi tetapi di jadikan
Pikiran dan hati usang bergemericik , lumpuh dalam pulasan cahaya
Duhai kekasih , melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, July 14, 2005
Tambatan Cahaya
Hadirnya kosong untuk mengetahui keberadaan isi
Hadirnya tiada untuk memahami keberadaan ada
Menjadi lembut untuk menyelami yang keras
Menjadi kanan untuk memposisikan yang kiri
Mengetahui menjadi semakin bodoh
Memahami berarti semakin tak berdaya
Memilih biduk gelap untuk menggapai tambatan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Hadirnya tiada untuk memahami keberadaan ada
Menjadi lembut untuk menyelami yang keras
Menjadi kanan untuk memposisikan yang kiri
Mengetahui menjadi semakin bodoh
Memahami berarti semakin tak berdaya
Memilih biduk gelap untuk menggapai tambatan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Wednesday, July 13, 2005
Genggaman Cahaya
Di malam-malam gelap
Isak yang tersendat menggumpal
Bulir air mata yang enggan luruh
Bahkan dalam penyesalan yang terlambat masih sulit menyeka noda
Di sudut hati, syahdu merindukan serambi tempat kembali
Gurun ini semakin panas dan sarat pedih
pada genggaman cahaya, ku kan bersandar
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Isak yang tersendat menggumpal
Bulir air mata yang enggan luruh
Bahkan dalam penyesalan yang terlambat masih sulit menyeka noda
Di sudut hati, syahdu merindukan serambi tempat kembali
Gurun ini semakin panas dan sarat pedih
pada genggaman cahaya, ku kan bersandar
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, July 12, 2005
Tujuh Lapis Cahaya
Tujuh lapis purnama telah menghela masa
Tujuh lapis pusara telah mengukir dunia
Tujuh lapis langit telah memahat pertanda
Tujuh lapis bumi telah menjaga pusaka
Tujuh lapis cahaya telah menyelimuti mayapada
Tujuh lapis anugerah kepada manusia
....masihkah ingkar dan angkara ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tujuh lapis pusara telah mengukir dunia
Tujuh lapis langit telah memahat pertanda
Tujuh lapis bumi telah menjaga pusaka
Tujuh lapis cahaya telah menyelimuti mayapada
Tujuh lapis anugerah kepada manusia
....masihkah ingkar dan angkara ?
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, July 11, 2005
Purba Cahaya
Di tepian sungai ketika hujan gerimis merenda pelangi
Menatap lembut tiap butir yang luruh bersatu dengan riak air mengalir
Saat seluruh bumi sedang termangu mandah dipulas langit senja
Selalu bertanya apakah diri hadir bersama
Selalu meragu apakah jiwa telah menandai
Sebatang pohon kara yang mengukir usia, sendiri menyulam purba cahaya sebagai sajadah hening di tengah rimba
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Menatap lembut tiap butir yang luruh bersatu dengan riak air mengalir
Saat seluruh bumi sedang termangu mandah dipulas langit senja
Selalu bertanya apakah diri hadir bersama
Selalu meragu apakah jiwa telah menandai
Sebatang pohon kara yang mengukir usia, sendiri menyulam purba cahaya sebagai sajadah hening di tengah rimba
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Friday, July 08, 2005
Penjuru Cahaya
dalam hening, terasa deras mengalir darahku
dalam sunyi, terdengar gema detak jantungku
dalam sepi, terasa getar derik tulang belulangku
dalam sendiri, terdengar bisikan bisikan hatiku
aku terlahir sendiri dan berpulang sendiri
aku hadir dari sunyi dan kembali ke sepi
aku mewujud dari tiada dan kembali tiada
keramaian dan senda gurau
kemeriahan dan canda tawa
kegemerlapan dan cumbu rayu
seperti sekelebatan angin menyisiri lembah, pantai dan gunung-gunung
sungguh, hanya bila kesadaran merekah dan kehadiran termakna
sungguh, hanya bila hakikat jiwa menerima dan tabir sukma terbuka
kehidupan terpapar kembali dan penjuru cahaya memperlihatkan segala sesuatu sebagaimana adanya
semoga.....
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
dalam sunyi, terdengar gema detak jantungku
dalam sepi, terasa getar derik tulang belulangku
dalam sendiri, terdengar bisikan bisikan hatiku
aku terlahir sendiri dan berpulang sendiri
aku hadir dari sunyi dan kembali ke sepi
aku mewujud dari tiada dan kembali tiada
keramaian dan senda gurau
kemeriahan dan canda tawa
kegemerlapan dan cumbu rayu
seperti sekelebatan angin menyisiri lembah, pantai dan gunung-gunung
sungguh, hanya bila kesadaran merekah dan kehadiran termakna
sungguh, hanya bila hakikat jiwa menerima dan tabir sukma terbuka
kehidupan terpapar kembali dan penjuru cahaya memperlihatkan segala sesuatu sebagaimana adanya
semoga.....
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, July 07, 2005
Belai Cahaya
Menggugah hikmah yang terselip di rerimbunan belukar lara,
sendiri jiwa terjebak di celah-celah duri tajam yang beringas,
sendiri pedih mencabik-cabik kesadaran menorehkan bekas yang membisu..sunyi.
Tetapi, kesunyian adalah sahabat yang karib yang dengannya keindahan menemukan diri,
seperti malam-malam yang berlalu di iringi arakan bintang diam dan bulan bungkam diam,
ketika angin berdesir lirih memetik daun-daun menemani senandung zikir jangkrik.
Namun, adakah hati mampu menyelami,
apakah nurani tetap berjaga,
adakah sukma membuka sejati ?
Dan..setelah segalanya, mampukah menyerah pasrah atas segala yang terjadi
dan membiarkan diri laksana bayi dalam buaian bunda yang memeluk lembut dan menatap mesra, dengan binar mata yang mencerahkan hati, menghangatkan sukma...
seperti fajar menjelang ketika seluruh alam larut dalam belaian cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
sendiri jiwa terjebak di celah-celah duri tajam yang beringas,
sendiri pedih mencabik-cabik kesadaran menorehkan bekas yang membisu..sunyi.
Tetapi, kesunyian adalah sahabat yang karib yang dengannya keindahan menemukan diri,
seperti malam-malam yang berlalu di iringi arakan bintang diam dan bulan bungkam diam,
ketika angin berdesir lirih memetik daun-daun menemani senandung zikir jangkrik.
Namun, adakah hati mampu menyelami,
apakah nurani tetap berjaga,
adakah sukma membuka sejati ?
Dan..setelah segalanya, mampukah menyerah pasrah atas segala yang terjadi
dan membiarkan diri laksana bayi dalam buaian bunda yang memeluk lembut dan menatap mesra, dengan binar mata yang mencerahkan hati, menghangatkan sukma...
seperti fajar menjelang ketika seluruh alam larut dalam belaian cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, July 06, 2005
Pelita Cahaya
bukankah telah banyak kisah ?
bukankah sudah diterima hikmah ?
tidakkah dirasakan nikmah ?
mengapa masih gelap merundung sukma
mengapa kerap jiwa menutupi pelita cahaya
Duhai kekasih , melimpahlah seluruh cahaya....
bukankah sudah diterima hikmah ?
tidakkah dirasakan nikmah ?
mengapa masih gelap merundung sukma
mengapa kerap jiwa menutupi pelita cahaya
Duhai kekasih , melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, July 05, 2005
Wujud Cahaya
muda mendahului tua pada jasad yang sama
mentah mendahului matang pada jiwa yang sama
gelap mendahului terang pada sukma yang sama
mati mendahului hidup pada ruh yang sama
sungguh, telah seringkali diri menipu diri
sungguh, tak berdaya tanpa
sungguh , akan kembali berwujud cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
mentah mendahului matang pada jiwa yang sama
gelap mendahului terang pada sukma yang sama
mati mendahului hidup pada ruh yang sama
sungguh, telah seringkali diri menipu diri
sungguh, tak berdaya tanpa
sungguh , akan kembali berwujud cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, July 04, 2005
Seutas Cahaya
detik demi detik meminang maut
hari demi hari bercermin pedih
langit telah tiada lagi untuk meratap
bumi telah lenyap untuk bersimpuh
hanya sendiri, hina berdiri
hanya meminta, seutas cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
hari demi hari bercermin pedih
langit telah tiada lagi untuk meratap
bumi telah lenyap untuk bersimpuh
hanya sendiri, hina berdiri
hanya meminta, seutas cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, July 01, 2005
Puing Cahaya
kudapati melingkar yang tak berkesudahan
seperti jejaring yang buntu di setiap ujung
gelisah menari-nari di setiap simpul darah
menggema di lorong-lorong pembuluh
sukma yang sendiri, mencari puing-puing cahaya yang pernah ada
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
seperti jejaring yang buntu di setiap ujung
gelisah menari-nari di setiap simpul darah
menggema di lorong-lorong pembuluh
sukma yang sendiri, mencari puing-puing cahaya yang pernah ada
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, June 30, 2005
Doa Cahaya
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا، وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا، وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا، وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا، وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا، وَعَنْ شَمَالِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا، وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ نَفْسِيْ نُوْرًا، وَأَعْظِمْ لِيْ نُوْرًا، وَعَظِّمْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا، اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ عَصَبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لَحْمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ دَمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ شَعْرِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَشَرِيْ نُوْرًا
[اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَبْرِيْ … ونُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ ]
[وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا]
[وَهَبْ لِيْ نُوْرًا عَلَى نُوْرٍ]
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku.
Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”
Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”
Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”
“...dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”
(Doa Rasulullah SAW)
Duhai Kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Wednesday, June 29, 2005
Percikan Cahaya
Setelah semuanya ini berikan kah kesenangan?
Setelah segalanya ini datangkan kah kebahagiaan?
Setelah seluruhnya ini hampiri kah keabadian?
Duhai..., alangkah picik akal melangkah, alangkah dangkal pikiran menjeruji, alangkah rendah nafsu menjerat
Duhai..., mengapa enggan dan membeku hati menerima percikan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Setelah segalanya ini datangkan kah kebahagiaan?
Setelah seluruhnya ini hampiri kah keabadian?
Duhai..., alangkah picik akal melangkah, alangkah dangkal pikiran menjeruji, alangkah rendah nafsu menjerat
Duhai..., mengapa enggan dan membeku hati menerima percikan cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, June 28, 2005
Peluk Cahaya
Diriku kah , yang merunduk jengah ketika tergugah usapan hangat mentari fajar
Jiwaku kah, yang menjumput malu bila kencana senja telah menyebarkan jingga
Sukmaku kah, yang bersimpuh tersipu di kala bintang telah meredup dan bulan memucat
Hatiku kah.....yang selalu merintih pilu merindu dendam peluk cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Jiwaku kah, yang menjumput malu bila kencana senja telah menyebarkan jingga
Sukmaku kah, yang bersimpuh tersipu di kala bintang telah meredup dan bulan memucat
Hatiku kah.....yang selalu merintih pilu merindu dendam peluk cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Monday, June 27, 2005
Ikatan Cahaya
Berhancuran untuk kemudian menyatu
Berhamburan lalu padu
Berpisah menuju lebur
Jasad & sukma menanti hablur
Adalah perjalanan yang menyerupai
Ketika ikatan cahaya perlahan menghampiri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Berhamburan lalu padu
Berpisah menuju lebur
Jasad & sukma menanti hablur
Adalah perjalanan yang menyerupai
Ketika ikatan cahaya perlahan menghampiri
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Friday, June 24, 2005
Jemari Cahaya
Meronta-ronta jiwa terkekang, mengisak-isak memohon iba
Namun tiada tempat berpaling bila telah tiba
Wahai hati yang berpaling dari jemari cahaya
Saatnya akan datang ketika diri terpisah sukma
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Namun tiada tempat berpaling bila telah tiba
Wahai hati yang berpaling dari jemari cahaya
Saatnya akan datang ketika diri terpisah sukma
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Thursday, June 23, 2005
Selarik Cahaya
Menyentuh kekosongan yang berjalan diam-diam di antara yang maujud.
Menggenggam kehampaan yang menyelinap tak kentara di antara sujud.
Aku menghilang di balik diam dan meluruh pada senyap.
Tak kuasa menanggung rindu yang menghunjam kerap.
Helai demi helai jiwa pun teriris menipis, mengetam kerak yang membalut gerimis
Kemana diri bila terkoyak serak, hanya berharap pada selarik cahaya mutlak.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Menggenggam kehampaan yang menyelinap tak kentara di antara sujud.
Aku menghilang di balik diam dan meluruh pada senyap.
Tak kuasa menanggung rindu yang menghunjam kerap.
Helai demi helai jiwa pun teriris menipis, mengetam kerak yang membalut gerimis
Kemana diri bila terkoyak serak, hanya berharap pada selarik cahaya mutlak.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Wednesday, June 22, 2005
Serambi Cahaya
Embun berkerelap, duhai buah mata nan meminang derita.
Ceriterakan padaku tentang kepedihan yang sarat rindu di ceruk-ceruk langit .
Sematkan padaku jubah lara yang menitis di sepi-sepi senja.
Kembalikan padaku jiwa yang telanjang tanpa pulasan.
Pahatkan padaku sukma yang menjulang menyentuh serambi cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Ceriterakan padaku tentang kepedihan yang sarat rindu di ceruk-ceruk langit .
Sematkan padaku jubah lara yang menitis di sepi-sepi senja.
Kembalikan padaku jiwa yang telanjang tanpa pulasan.
Pahatkan padaku sukma yang menjulang menyentuh serambi cahaya.
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Tuesday, June 21, 2005
Samudera Cahaya
Kemilau yang membutakan, menemukan diri tenggelam dalam samudera cahaya.
Sungguh kering dan redup pelita yang tersandang, sebuah noktah samar dalam pelukan semesta.
Namun singgasana keangkuhan kerapkali menemukan sejoli dalam jiwa, lapis demi lapis terkelupas fitrah, meninggalkan seriak nurani yang pudar di tengah telaga arif.
Ada nalar yang semakin bisu, hati yang mulai tercerabut, akal yang perlahan buta....betapa pilu sukma merintih rindu...
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
Sungguh kering dan redup pelita yang tersandang, sebuah noktah samar dalam pelukan semesta.
Namun singgasana keangkuhan kerapkali menemukan sejoli dalam jiwa, lapis demi lapis terkelupas fitrah, meninggalkan seriak nurani yang pudar di tengah telaga arif.
Ada nalar yang semakin bisu, hati yang mulai tercerabut, akal yang perlahan buta....betapa pilu sukma merintih rindu...
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya
Monday, June 20, 2005
Kilat Cahaya
Sejauh mata memandang dan lebih jauh lagi , lebih jauh
Setinggi bintang memancang dan lebih tinggi lagi, lebih tinggi
Sebanyak hujan mengundang dan lebih banyak lagi, lebih banyak
Seluas samudera membentang dan lebih luas lagi, lebih luas
Selebar rimba merentang dan lebih lebar lagi, lebih lebar
Sebesar gunung menjulang dan lebih besar lagi, lebih besar
Seterang kilat cahaya benderang dan lebih terang lagi, lebih benderang
...lagi....aku memohon
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Setinggi bintang memancang dan lebih tinggi lagi, lebih tinggi
Sebanyak hujan mengundang dan lebih banyak lagi, lebih banyak
Seluas samudera membentang dan lebih luas lagi, lebih luas
Selebar rimba merentang dan lebih lebar lagi, lebih lebar
Sebesar gunung menjulang dan lebih besar lagi, lebih besar
Seterang kilat cahaya benderang dan lebih terang lagi, lebih benderang
...lagi....aku memohon
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Friday, June 17, 2005
Pusara Cahaya
Pernahkah kau berada pada suatu kisah, ketika kelam memulas langit dan bayu tertegun tak berhembus.
Ketika sunyi menyelimuti mayapada dan cercahan sinar bulan remang-remang tak berdaya menelusuri renda-renda awan.
Maujudmu adalah serintik cahaya merenungi kesendirian, memendam rindu dan tersengal menopang mimpi-mimpi tak berkesudahan.
Rintihanmu adalah seroja mumur kekeringan meratap syahdu, bagailah mirah nan pupus binar.
Hilang perlahan dalam pusara cahaya...
Duhai kekasih......, melimpahlah seluruh cahaya
Ketika sunyi menyelimuti mayapada dan cercahan sinar bulan remang-remang tak berdaya menelusuri renda-renda awan.
Maujudmu adalah serintik cahaya merenungi kesendirian, memendam rindu dan tersengal menopang mimpi-mimpi tak berkesudahan.
Rintihanmu adalah seroja mumur kekeringan meratap syahdu, bagailah mirah nan pupus binar.
Hilang perlahan dalam pusara cahaya...
Duhai kekasih......, melimpahlah seluruh cahaya
Thursday, June 16, 2005
Senandung Cahaya
Jadikan semua kutubku merelap, merengkuh semua hampa yang menjeruji cahaya.
Bakarlah semua hasratku, temaram cahaya beribu lilin yang leleh oleh api cinta.
Remukkan segala anganku, meremai belulang meremahlah maujud darah.
Hancurkan segala geloraku, kembara kelana yang mengeloyak mimpi-mimpi rindu.
Sempurnakanlah senandung cahaya hatiku
Duhai kekasih...melimpahlah seluruh cahaya
Bakarlah semua hasratku, temaram cahaya beribu lilin yang leleh oleh api cinta.
Remukkan segala anganku, meremai belulang meremahlah maujud darah.
Hancurkan segala geloraku, kembara kelana yang mengeloyak mimpi-mimpi rindu.
Sempurnakanlah senandung cahaya hatiku
Duhai kekasih...melimpahlah seluruh cahaya
Wednesday, June 15, 2005
Ngarai Cahaya
Kemarilah duhai hati yang merintih.. luruhkan isakmu pada rinai hujan yang membasahi daun-daun, lepaskan sesakmu pada cermin purnama di antara ombak yang berkejaran perlahan, leburkan resahmu pada tembang sayup angin meniti senja
Kemarilah duhai sukma yang lara...endapkan pedihmu pada berjuta pasir pantai tepian laut biru, serahkan dukamu pada kerlip bintang jauh di keheningan malam, tuntaskan sepimu pada tiap ngarai cahaya yang bersembunyi dibalik bukit
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Kemarilah duhai sukma yang lara...endapkan pedihmu pada berjuta pasir pantai tepian laut biru, serahkan dukamu pada kerlip bintang jauh di keheningan malam, tuntaskan sepimu pada tiap ngarai cahaya yang bersembunyi dibalik bukit
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, June 14, 2005
Surai Cahaya
Sekali lagi mencoba terbang berkejaran di antara mega.
Meniti angin membasuh langit.
Meliuk di celah celah kepak sayap kupu-kupu,
Menari di antara kelopak dan mahkota bunga,
Menyusuri lembah - lembah terdalam dan pantai-pantai asing,
Menyelusup ke dalam tiap ceruk bukit dan karang,
Menerabas sulur-sulur gelap jiwa,
Mengeja tiap huruf rahasia ayat keabadian...
Tetapi kedua mataku semakin perih memandang semu menelikung, gelap merasuk ke tiap lekuk belulang, menjelma sembilu yang menyayat sukma perlahan. Diriku pecah dalam warna-warna tak tentu, letih menyemai kerinduan yang tak kunjung mekar, semakin ringkih menggenggam surai-surai cahaya....
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
Meniti angin membasuh langit.
Meliuk di celah celah kepak sayap kupu-kupu,
Menari di antara kelopak dan mahkota bunga,
Menyusuri lembah - lembah terdalam dan pantai-pantai asing,
Menyelusup ke dalam tiap ceruk bukit dan karang,
Menerabas sulur-sulur gelap jiwa,
Mengeja tiap huruf rahasia ayat keabadian...
Tetapi kedua mataku semakin perih memandang semu menelikung, gelap merasuk ke tiap lekuk belulang, menjelma sembilu yang menyayat sukma perlahan. Diriku pecah dalam warna-warna tak tentu, letih menyemai kerinduan yang tak kunjung mekar, semakin ringkih menggenggam surai-surai cahaya....
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
Monday, June 13, 2005
Serunai Cahaya
Di saat hati yang menengadah lepuh dalam gelegak rindu, ketika berjuta kata tak terungkap lumat seperti bunga pasir di tiup angin. Jiwa menjelma buluh yang menjulur menjelajah lengkung busur cahaya, tersisip dalam bentang pelangi yang bertandang seusai gerimis.
Terasa sukma makin berderai
Tertatih lirih menggenangi langit
Akankah menjadi lebur dalam serunai cahaya...
Melimpahlah seluruh cahaya..., duhai kekasih.
Terasa sukma makin berderai
Tertatih lirih menggenangi langit
Akankah menjadi lebur dalam serunai cahaya...
Melimpahlah seluruh cahaya..., duhai kekasih.
Friday, June 10, 2005
Terang Cahaya
aku tahu, jejak kan menantiku di ujung jembatan.
aku tahu, peluk hangat kan menungguku di tepian awan.
aku tahu, tatapan mesra kan merindukanku di celah-celah cahaya.
aku tahu, belaian lembut kan merengkuhku di balik tabir.
aku tahu, kidung lirih kan mengusapku di pantai keabadian.
aku tahu, nuansa syahdu kan melenakanku di sungai madu.
aku tak tahu, apakah sukma terbelenggu raga ini layak melebur dalam terang cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
aku tahu, peluk hangat kan menungguku di tepian awan.
aku tahu, tatapan mesra kan merindukanku di celah-celah cahaya.
aku tahu, belaian lembut kan merengkuhku di balik tabir.
aku tahu, kidung lirih kan mengusapku di pantai keabadian.
aku tahu, nuansa syahdu kan melenakanku di sungai madu.
aku tak tahu, apakah sukma terbelenggu raga ini layak melebur dalam terang cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Thursday, June 09, 2005
Gema Cahaya
Kau berikan aku terang, tetapi aku membutakan.
Kau berikan aku senandung, tetapi aku memilih tuli.
Kau berikan aku rasa, tetapi aku mengusung hambar.
Kau berikan aku nikmat, tetapi aku berdiri di jalan laknat.
Kau selalu memandangku, tetapi aku memalingkan wajah.
Kau selalu mendengarkanku, tetapi aku tidak memperdulikan.
Kau selalu menuntunku, tetapi aku melepaskan genggaman.
Kau gemakan cahaya, tetapi aku membelenggunya dalam gelap.
Kau semaikan cahaya, tetapi aku seringkali bosan menyiraminya.
Kau geraikan cahaya, tetapi aku memilih hitam tak terbilang.
Ampunilah aku, melimpahlah seluruh cahaya, duhai kekasih.............
Kau berikan aku senandung, tetapi aku memilih tuli.
Kau berikan aku rasa, tetapi aku mengusung hambar.
Kau berikan aku nikmat, tetapi aku berdiri di jalan laknat.
Kau selalu memandangku, tetapi aku memalingkan wajah.
Kau selalu mendengarkanku, tetapi aku tidak memperdulikan.
Kau selalu menuntunku, tetapi aku melepaskan genggaman.
Kau gemakan cahaya, tetapi aku membelenggunya dalam gelap.
Kau semaikan cahaya, tetapi aku seringkali bosan menyiraminya.
Kau geraikan cahaya, tetapi aku memilih hitam tak terbilang.
Ampunilah aku, melimpahlah seluruh cahaya, duhai kekasih.............
Wednesday, June 08, 2005
Tabir Cahaya
Dalam pengasingan yang bisu, kesendirian mencetak bayang-bayang sunyi di dinding kusam. Cermin ku telah karat dan bernoda, bahkan cahaya pun enggan merias diri.
Ketika warna-warna tak lagi menghibur hati, ketika alunan nada tak lagi meredam lara.
Ketika hasrat tak lagi menggelorakan jiwa, ketika diri lebur dalam kehampaan.
Setiap sudut terhunjam dalam di kekosongan kerinduan, tertatih-tatih menyusuri tabir cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.......
Ketika warna-warna tak lagi menghibur hati, ketika alunan nada tak lagi meredam lara.
Ketika hasrat tak lagi menggelorakan jiwa, ketika diri lebur dalam kehampaan.
Setiap sudut terhunjam dalam di kekosongan kerinduan, tertatih-tatih menyusuri tabir cahaya
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.......
Tuesday, June 07, 2005
Tirai Cahaya
Penantianku atas kesejatian jiwa telah mengusung hati nan sesak dan kelu
Lautan duka dan sesal telah mengombang-ambingkan biduk jiwa, mengayuh di antara gelombang ombak, mendayung di antara derai hujan, menjerit di antara desau angin
Keabadian, ku sematkan rindu pada tirai cahaya bulan yang memerah di langit hitam, mengukirnya dalam senandung syahdu sunyi ketika cahaya perlahan pupus dalam pekatnya malam
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.........
Lautan duka dan sesal telah mengombang-ambingkan biduk jiwa, mengayuh di antara gelombang ombak, mendayung di antara derai hujan, menjerit di antara desau angin
Keabadian, ku sematkan rindu pada tirai cahaya bulan yang memerah di langit hitam, mengukirnya dalam senandung syahdu sunyi ketika cahaya perlahan pupus dalam pekatnya malam
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.........
Monday, June 06, 2005
Serpihan Cahaya
Dalam tiupan angin sukmaku mengembara
menjelma belaian lembut pada daun dan rerumputan
menjelma senandung lirih pada bukit dan pematang
menjelma riak halus pada danau dan sungai hening
Dalam rambatan cahaya mentari jiwaku terpahat
menjelma serpihan sinar menari di relung lembah
menjelma butiran terang menyapa pucuk-pucuk pohon
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.......
menjelma belaian lembut pada daun dan rerumputan
menjelma senandung lirih pada bukit dan pematang
menjelma riak halus pada danau dan sungai hening
Dalam rambatan cahaya mentari jiwaku terpahat
menjelma serpihan sinar menari di relung lembah
menjelma butiran terang menyapa pucuk-pucuk pohon
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.......
Friday, June 03, 2005
Jalinan Cahaya
Meniti kembali jejak yang pudar, mengikatkan hati pada tiap jahitan sajadah, merenda harapan dari tiap percikan air yang mungkin membasuh dosa...
Tiap jejak langkah adalah jalinan cahaya, apakah benderang apakah temaram, berpulang pada jiwa yang tersembunyi..
Melimpahlah seluruh cahaya, duhai kekasih........
Tiap jejak langkah adalah jalinan cahaya, apakah benderang apakah temaram, berpulang pada jiwa yang tersembunyi..
Melimpahlah seluruh cahaya, duhai kekasih........
Thursday, June 02, 2005
Lembut Cahaya
...dan bila butiran air mata luruh, lebur bersama tanah liat merah
Kutitipkan dahaga pada arakan awan dan lembut cahaya merah jingga di ujung langit petang
Kuserahkan harapan pada kepakan sayap-sayap burung langit pulang ke sarang
Kupasrahkan jiwa pada setiap cercah lembut cahaya yang menghampiri bumi
Hati yang gamang dan gemetar mencari jawaban rindu
pada lembut cahaya di kala fajar , yang memancar di setiap tetesan embun pagi nan bening
pada kelopak mawar nan merekah ketika lembut cahaya memulas langit meretas kegelapan
pada desiran lembut angin pagi yang membelai sejuk ragaku
Adakah kan segera kutemukan...
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya.......
Kutitipkan dahaga pada arakan awan dan lembut cahaya merah jingga di ujung langit petang
Kuserahkan harapan pada kepakan sayap-sayap burung langit pulang ke sarang
Kupasrahkan jiwa pada setiap cercah lembut cahaya yang menghampiri bumi
Hati yang gamang dan gemetar mencari jawaban rindu
pada lembut cahaya di kala fajar , yang memancar di setiap tetesan embun pagi nan bening
pada kelopak mawar nan merekah ketika lembut cahaya memulas langit meretas kegelapan
pada desiran lembut angin pagi yang membelai sejuk ragaku
Adakah kan segera kutemukan...
Duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya.......
Wednesday, June 01, 2005
Semu Cahaya
Aku di dalam rumah kaca, berjuta cermin berbaris memantulkan cahaya.
Jutaan cahaya semu menghampiri kemanapun wajahku menghadap kehidupan.
Tetap memilah walau lelah...., kerinduan akan cahaya nan nyata sumber segala cahaya. Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Jutaan cahaya semu menghampiri kemanapun wajahku menghadap kehidupan.
Tetap memilah walau lelah...., kerinduan akan cahaya nan nyata sumber segala cahaya. Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, May 31, 2005
Kilas Cahaya
Aku adalah sehelai daun di rerimbunan berjuta pohon, adalah segumpal buih di samudera, adalah sebutir pasir di hamparan pantai, adalah sebutir debu di lautan gurun..
Aku adalah setitik bintang di langit, sebutir embun di rerumputan, sebulir padi di sawah, sejumput tanah di bumi, seonggok daging, segumpal darah, selapis kulit
Aku adalah sekilas cahaya........., duhai kekasih..melimpahlah seluruh cahaya
Aku adalah setitik bintang di langit, sebutir embun di rerumputan, sebulir padi di sawah, sejumput tanah di bumi, seonggok daging, segumpal darah, selapis kulit
Aku adalah sekilas cahaya........., duhai kekasih..melimpahlah seluruh cahaya
Monday, May 30, 2005
Kelana Cahaya
Aku, lahar yang bergolak mengusung bara di tiap detak jantung. Aku tak menentu, cermin nan retak memendarkan cahaya bagi diri yang membisu menikmati terbakar perlahan nyala jalang yang berkobar tak henti. Aku.., sebatang ilalang di tengah badai , sungguh tak berdaya menahan hawa...
Duhai kedamaian hati, kemanakah gerangan kan kucari pemuas dahaga pencarian sejati yang kan selalu memeluk diri
Daun-daun muda, layu memudar, kering dan gugur. Ranting-ranting keras, melapuk, retas dan luruh. Tanah-tanah basah, meretak kering, pecah dan terkoyak.
Lalu kemanakah jiwa ini kan berpulang, duhai kekasih......., melimpahlah seluruh cahaya..
Duhai kedamaian hati, kemanakah gerangan kan kucari pemuas dahaga pencarian sejati yang kan selalu memeluk diri
Daun-daun muda, layu memudar, kering dan gugur. Ranting-ranting keras, melapuk, retas dan luruh. Tanah-tanah basah, meretak kering, pecah dan terkoyak.
Lalu kemanakah jiwa ini kan berpulang, duhai kekasih......., melimpahlah seluruh cahaya..
Friday, May 27, 2005
Pendar Cahaya
...dan kehampaan melintasi setiap relung yang tersisa, semakin gelap dan terbelenggu. Terasa semakin dangkal , merengkuh semua keinginan yang semakin tak tentu arah...semakin pendar. Hatiku......melimpahlah seluruh cahaya, duhai kekasih....
Thursday, May 26, 2005
Titik Cahaya
Hanya setitik...bagi hati yang telah gelap dan mulai memudar, melimpahlah segala cahaya, duhai kekasih...
Subscribe to:
Posts (Atom)