bagai sayap-sayap fajar mendulang perak tembaga
tak ada misteri kehidupan yang lebih besar dan lebih indah dari kasih sayang
yang merubah kesunyian menjadi senandung
seperti bintang-bintang yang samar di langit malam
tidak untuk dikenali namun selalu hadir dimanapun jiwa berdiri memandang langit
yang merubah keheningan menjadi syahdu
diri telah menjelang dan kembali pada buaian
iring-iringan rindu menari perlahan menundukkan wajah yang elok tersipu
jejak kini akan merangkai beranda dan merenda mahlugai kembara
menyibak ombak dan menjalin kencana
memancar dari dalam sukma dan menyingkap rahasia hati kepada jiwa
hingga lebur dan kembali bermuara
pada syair ilahi pengantin cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...
Wednesday, December 28, 2005
Tungku Cahaya
adalah diriku musafir yang kehilangan, sehingga patut untuk kau tuntun
dan jiwaku, walau telah diberikan sayap namun kau tahu masih rapuh tuk terbang
lalu sukmaku yang meranggas, yang selalu dahaga , mendamba bersua murni tirta
sepenuhnya aku berpasrah...
sesungguhnya manusia tidak pernah berasal dari rahim ibunya dan tidak juga berakhir dalam rahim bumi
sesungguhnya bumi, bintang dan langit tidak pernah hilang bagi jiwa yang mencinta
bagiku, segalanya tidak pernah ada dan karenanya tidak akan hilang
sepenuhnya aku mandah...
kemarilah perlahan
mendekatlah untuk kurengkuh
semoga diri ini terbakar musnah dalam tungku cahaya...dan kembali murni
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya...
dan jiwaku, walau telah diberikan sayap namun kau tahu masih rapuh tuk terbang
lalu sukmaku yang meranggas, yang selalu dahaga , mendamba bersua murni tirta
sepenuhnya aku berpasrah...
sesungguhnya manusia tidak pernah berasal dari rahim ibunya dan tidak juga berakhir dalam rahim bumi
sesungguhnya bumi, bintang dan langit tidak pernah hilang bagi jiwa yang mencinta
bagiku, segalanya tidak pernah ada dan karenanya tidak akan hilang
sepenuhnya aku mandah...
kemarilah perlahan
mendekatlah untuk kurengkuh
semoga diri ini terbakar musnah dalam tungku cahaya...dan kembali murni
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya...
Wednesday, December 14, 2005
Gelora Cahaya
pada senyap-senyap langit petang merah tembaga
pada sunyi-sunyi angin malam lembut berdesir
pada hening embun fajar yang meluruh diam-diam
pada jiwa yang kehilangan
pada sukma terasing
pada raga kehilangan
pada kelelahan pengembaraan
.......padamu jua segalanya kembali
pada Gelora Cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
pada sunyi-sunyi angin malam lembut berdesir
pada hening embun fajar yang meluruh diam-diam
pada jiwa yang kehilangan
pada sukma terasing
pada raga kehilangan
pada kelelahan pengembaraan
.......padamu jua segalanya kembali
pada Gelora Cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya......
Friday, December 02, 2005
Tahta Cahaya
engkau bermimpi tentang matahari di sela dedaunan hijau
melayang dirimu membentangkan jiwa menjangkau mayapada
ragamu melebur dengan butir-butir embun luruh ke bumi
semakin hilang jati diri menjadi kesatuan alam
sayapmu berkepak terbang semakin tinggi dan tinggi
hingga dapat kau rasakan hangatnya pancaran yang mampu melumatkan segala noda
hingga kau saksikan kilaunya tahta cahaya
semoga mimpimu menyata
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
melayang dirimu membentangkan jiwa menjangkau mayapada
ragamu melebur dengan butir-butir embun luruh ke bumi
semakin hilang jati diri menjadi kesatuan alam
sayapmu berkepak terbang semakin tinggi dan tinggi
hingga dapat kau rasakan hangatnya pancaran yang mampu melumatkan segala noda
hingga kau saksikan kilaunya tahta cahaya
semoga mimpimu menyata
duhai kekasih, melimpahlah segala cahaya....
Subscribe to:
Posts (Atom)