Friday, August 11, 2006

Bara Cahaya

apakah kau tahu bahwa kau tahu?
atau kau tidak tahu bahwa kau tahu?
ataukah kau tahu bahwa kau tidak tahu?
jangan-jangan kau tidak tahu bahwa kau tidak tahu?

bukankah telah berkali-kali petunjuk menghampiri
bahkan tanpa kau minta
bukankah telah berkali-kali cahaya mendekati
bahkan tanpa kau harap

sesungguhnya hanya tinggal kau di antara
hidup dan mati
fana dan baqa
bumi dan langit

sebelum isakmu tak lagi berguna
sebelum lututmu tak lagi bersimpuh
sebelum bara cahaya menghanguskan segala

duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....

Friday, August 04, 2006

Zarah Cahaya

untuk ku tiada
bagi ku tiada
kepada ku tiada
hanya...

bumi ku tiada
langit ku tiada
alam ku tiada
hanya...

diri ku tiada
jiwa ku tiada
hidup ku tiada
hanya...

untuk bumi diriku, bagi langit jiwaku, kepada alam hidupku, hanya zarah cahaya

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya...

Tuesday, August 01, 2006

Sentuhan Cahaya

hingga akhirnya tiba saat ruhku berkenan berbicara

"duhai diri.., sesungguhnya telah sarat bebanku menanggung malu tak berkesudahan.."
ucap ruhku yang nampak letih dan gundah.

" wahai ruh suci perkenan Tuhan, tiada aku mengerti gerangan apakah nan memberatkan jalanmu ?"
ujarku seraya takjub menampak kilau percikan cahaya langit berpijar dari ruhku.

"duhai diri.., bagiku hanya ketika malam saat aku kembali dalam penjagaan Tuhanku aku merasa tenang. Tiada aku hendak buruk pikiran, tiada pula gelap sangka, ketika di awal penciptaan atas perintah Tuhanku aku diminta bersemayam dalam jasadmu sungguh aku merasa bahagia. Tentu kau bertanya-tanya wahai diri, apalagi kah yang akan membuatku berhasrat padahal aku telah menyaksikan surga yang indahnya tak kan pernah dapat kau bayangkan bukan? Sesungguhnya demikianlah, sifat-sifat Tuhanku menjelma pada seluruh wujud alam semesta, sehingga bagiku, turun ke bumi adalah kesempatan dan kebahagiaan tak terperi untuk kembali bersaksi dan bersyahadat kepada Tuhanku untuk anugerah tak terkira dan karunia tak terbayar pada alam mu, pada bumi mu, pada diri mu, pada kehidupan mu dan seluruh manusia dimana aku berada". Ruhku berhenti berkata sesaat, memandangku tajam dengan matanya yang jernih bagai pantulan pijar mentari di permukaan telaga di pagi hari yang sunyi.

"Wahai diri, apakah yang telah menghalangi dirimu untuk mendengarkan bisikan lirihku di setiap hela nafasmu? jiwamu sungguh sulit tuk kugenggam, hatimu sungguh kaku tuk kuluruskan, pikiranmu sungguh jauh tuk ku raih. Baik akan ku katakan kepadamu, sesungguhnya ruh memiliki hak atas jiwa, jiwa memiliki hak atas diri, diri memiliki hak atas hati, hati memiliki hak atas pikiran, pikiran memiliki hak atas jasad mu. Namun tak kudapati pada dirimu, melainkan kebalikannya. Maka kenyamanan telah hilang bagi diriku atas dirimu dan bila malam tiba , ketika aku berpulang ke pangkuan Tuhanku, aku malu bersimpuh di hadapanNya, aku malu akan janji-janjiku sebelumnya, aku malu akan tiada kuasanya diriku pada dirimu, aku malu karena sentuhan cahayaku tak sanggup menyinari kegelapan jasad tanahmu. Aku malu atas kehendakNya bagiku sebagai khalifah namun dirimu mengucilkan keberadaanku, kau letakkan aku jauh di sudut hidupmu, kau bahkan kerap memposisikan aku sebagai lawanmu, duhai diri...adakah kau pernah merasakannya ?" Ruhku terdiam kembali dan perlahan menghilang, meninggalkan semerbak seribu bunga, meninggalkan hablur cahaya yang berkerlap, meninggalkan angin sejuk yang mengusap lembut seluruh tubuh.

Dan...hingga saat ini aku masih tergugu terdiam, barangkali hingga akhirnya tiba saat ruhku berkenan berbicara kembali.

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....