Tuesday, May 01, 2007

Hilir Cahaya

Jiwa yang retak tetaplah jiwa.
Sukma yang rapuh pun tetaplah sukma.
Kemanapun rindu mengalir berujung ke hilir cahaya jua.

Sepetak demi sepetak langit bersaksi, menukil asbab yang gemuruh dalam lintasan angin jaman.
aku adalah batu berlumut
aku adalah dinding berkerak
tiada bedanya

Aku adalah hening yang menyelinap dengan sayap-sayap sunyi dibalik bayang raga.
Ada atau tiadanya aku bukanlah hakikat.

aku adalah sejumput tanah
aku adalah sepenggal kayu
tiada bedanya

Semesta adalah satu yang tak berhingga dalam dekapan kasmaran.
Rindu yang gemetar dan hasrat yang berkobar adalah jejak yang sama.

aku adalah segenggam pasir
aku adalah seteguk air
tiada bedanya

Hingga raga meluruh.

Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....