setiapnya adalah benang yang indah dan jarum yang tajam
kemudian kehidupan menjadi bentang sulaman
setiapnya adalah ombak yang berlari dan angin yang menerjang
kemudian kehidupan menjadi julang karang
setiapnya adalah mentari yang hangat dan hujan yang menerpa
kemudian kehidupan menjadi pohon kokoh berakar
aku dan kau adalah benih yang bermula
yang lahir tuna rasa di alam yang penuh warna
lalu samudera angan dan badai hasrat memenuhi jasad tanah
seterusnya hingga hati dan jiwa pun bisa meluap
namun hanya aku dan kau yang tahu tentunya
apakah tawa berarti tawa
apakah tangis berarti tangis
namun hanya aku dan kau yang tahu maknanya
apakah bahagia berarti bahagia
apakah sedih berarti sedih
....semoga hangat cahaya kelak mencairkan
dan hati yang terdalam pun akan kembali pada keharibaan hakiki
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, January 24, 2006
Monday, January 23, 2006
Tujuh Cahaya
Satu
lalu berbilang
Dua
lalu berbilang
Tiga
lalu berbilang
empat
lalu berbilang
lima
lalu berbilang
enam
lalu berbilang
tujuh
dan segalanya berakhir
dan semestinya bagimu, bagiku ada bilangan tujuh cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
lalu berbilang
Dua
lalu berbilang
Tiga
lalu berbilang
empat
lalu berbilang
lima
lalu berbilang
enam
lalu berbilang
tujuh
dan segalanya berakhir
dan semestinya bagimu, bagiku ada bilangan tujuh cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Batas Cahaya
hati yang tergerus terjerumus pada patahan jalan
mengiang-ngiang bayang melayang membanjiri langit mengelam
kau jiwa yang tenggelam sedih, aku jiwa yang meregang pedih
sementara diri terus berjalan dalam buaian waktu
sementara sukma terus merindukan batas cahaya
menyusuri perlahan menuju keabadian
adakah kan terampuni ?
apakah kan termaafkan ?
adakah kan terobati ?
apakah kan terikhlaskan ?
ketika awal adalah juga akhir dan akhir adalah juga awal
ketika hidup adalah mati dan mati adalah juga hidup
ketika kosong adalah penuh dan penuh adalah juga kosong
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
mengiang-ngiang bayang melayang membanjiri langit mengelam
kau jiwa yang tenggelam sedih, aku jiwa yang meregang pedih
sementara diri terus berjalan dalam buaian waktu
sementara sukma terus merindukan batas cahaya
menyusuri perlahan menuju keabadian
adakah kan terampuni ?
apakah kan termaafkan ?
adakah kan terobati ?
apakah kan terikhlaskan ?
ketika awal adalah juga akhir dan akhir adalah juga awal
ketika hidup adalah mati dan mati adalah juga hidup
ketika kosong adalah penuh dan penuh adalah juga kosong
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Wednesday, January 18, 2006
Tangis Cahaya
malam tadi kusaksikan untuk kesekian kalinya serambi langit yang meratap
renda awan gemawan semakin pudar seperti hiasan sia sia
layaknya pasir berserak di atas tanah kering retak-retak
begitu pula hati untuk yang kesekian kalinya meratap
menatap gelap gelap palung jiwa
mengikis kerak-kerak dinding sukma
sungguh semakin mendekat waktu pulang
tetapi semakin pula diri meradang jalang
semoga bagiku dan bagimu ada tangis cahaya
yang mampu membasuh jiwa lara merana
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
renda awan gemawan semakin pudar seperti hiasan sia sia
layaknya pasir berserak di atas tanah kering retak-retak
begitu pula hati untuk yang kesekian kalinya meratap
menatap gelap gelap palung jiwa
mengikis kerak-kerak dinding sukma
sungguh semakin mendekat waktu pulang
tetapi semakin pula diri meradang jalang
semoga bagiku dan bagimu ada tangis cahaya
yang mampu membasuh jiwa lara merana
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Tuesday, January 17, 2006
Mutiara Cahaya
hingga kau mengerti pada akhirnya
pedihmu pedihku jua
laramu laraku jua
kesakitanmu kesakitanku jua
namun adalah tak mungkin menyuarakan hati dengan kalimat dunia yang gagap dan terbatas
engkaupun tahu hal itu
namun adalah kerinduan juga membawa belati dingin yang dapat tajam menusuk
engkaupun tahu hal itu
...angan seperti buih awan yang mudah hilang dihempas angin
untuk itu telah kupahatkan semua pahit & manis cerita pada mutiara cahaya
agar menjejak dalam dan bersinar kekal
untuk mu, untuk ku, untuk lisan-lisan yang tak pernah terungkap
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
pedihmu pedihku jua
laramu laraku jua
kesakitanmu kesakitanku jua
namun adalah tak mungkin menyuarakan hati dengan kalimat dunia yang gagap dan terbatas
engkaupun tahu hal itu
namun adalah kerinduan juga membawa belati dingin yang dapat tajam menusuk
engkaupun tahu hal itu
...angan seperti buih awan yang mudah hilang dihempas angin
untuk itu telah kupahatkan semua pahit & manis cerita pada mutiara cahaya
agar menjejak dalam dan bersinar kekal
untuk mu, untuk ku, untuk lisan-lisan yang tak pernah terungkap
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Friday, January 13, 2006
Kuntum Cahaya
Bintang-bintang adalah serakan mawar di taman langit
seperti kuntum cahaya yang mekar di taman hati
yang aku dan kau pandang, yang aku dan kau rasa
lalu diam-diam meratapi langkah menyusuri
jejak istana pasir di anjung pantai
semoga segalanya kembali menepi
menemani arti sepi-sepi....
ketika menjangkau asa tak bertepi
ketika menebas galau berduri
dan bila di ujung jalan semuanya sirna kembali, seperti bintang-bintang menjelang pagi,
bagiku & bagimu di awal nanti, hanyalah bukti kuntum cahaya di taman hati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
seperti kuntum cahaya yang mekar di taman hati
yang aku dan kau pandang, yang aku dan kau rasa
lalu diam-diam meratapi langkah menyusuri
jejak istana pasir di anjung pantai
semoga segalanya kembali menepi
menemani arti sepi-sepi....
ketika menjangkau asa tak bertepi
ketika menebas galau berduri
dan bila di ujung jalan semuanya sirna kembali, seperti bintang-bintang menjelang pagi,
bagiku & bagimu di awal nanti, hanyalah bukti kuntum cahaya di taman hati
Duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya....
Monday, January 09, 2006
Menjelang Cahaya
Ketika bibir terkatup dan hilang kata-kata
hanya hati yang berbicara kepada hampa langit
lara dan gelisah adalah warna yang memetakan rasa
memindai kesepian di ujung jiwa
pikiran menyengat sangat
menindih hati sukma berat
menyibak jiwa yang rapat-rapat
meredam hening yang lamat-lamat
barangkali hingga menjelang akhir saat
barulah jiwa menjelma lautan yang sarat
barangkali hingga saat menjemput pulang
barulah hati dapat diterima dengan terang
dan jiwamu dan jiwaku sama terbang
beriringan menjelang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
hanya hati yang berbicara kepada hampa langit
lara dan gelisah adalah warna yang memetakan rasa
memindai kesepian di ujung jiwa
pikiran menyengat sangat
menindih hati sukma berat
menyibak jiwa yang rapat-rapat
meredam hening yang lamat-lamat
barangkali hingga menjelang akhir saat
barulah jiwa menjelma lautan yang sarat
barangkali hingga saat menjemput pulang
barulah hati dapat diterima dengan terang
dan jiwamu dan jiwaku sama terbang
beriringan menjelang cahaya
duhai kekasih, melimpahlah seluruh cahaya.....
Subscribe to:
Posts (Atom)